Penilaian Afektif
Penilaian afektif berarti
berkenaan dengan menilai sikap dan perubahan yang terjadi pada tingkah laku
peserta didik selama pembelajaran. Sikap berhubungan dengan tindakan
seseorang dalam merespon objek. Berarti objek yang direspon peserta didik itu
adalah materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. Tindakan seseorang
atau respon tersebut dapat dibentuk, sehingga nantinya akan terjadi perilaku
yang diinginkan. Terutama setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik
diharapkan memiliki perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Sudjana
(2009:30) para ahli berpendapat bahwa apabila seseorang tingkat kognitifnya
sudah pada tingkat tinggi, maka sikap seseorang tersebut diramalka dapat
berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik seperti, perhatian
siswa terhadap pembelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman-teman se kelasnya, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Jadi, ada
kecerendungan antara penilaian kognitif dengan afektif saling berkaitan.
Misalnya, dalam menilai ranah kognitif peserta didik harus menguasai materi
kontroversional, guru dapat pula menilai peserta didik dalam ranah afektif
dengan cara menilai peserta didik yang aktif bertanya dan berani mengungkapkan
pendapatnya. Selain itu, hasil belajar afektif peserta didik tampak dalam
berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pembelajaran, sopan santun,
disiplin, motivasi belajar, dan mengahargai guru dan teman satu kelasnya.
Hasil belajar afektif
berkaitan dengan minat, sikap, dan nilai-nilai sebagai hasil dari pembelajaran
yang telah dilakukan oleh peserta didik. Menurut Krathwohl dalam Sukiman
(2012:67-69) hasil belajar afektif terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu receiving,
responding, valuing, organization, dan characterization by a
value or value complex. Receiving merupakan kemauan dan kepekaan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau objek dalam pembelajaran. Responding atau
menanggapi yaitu adanya partisipasi aktif untuk memberikan rekasi dari materi
yang diberikan oleh guru. Valuing artinya memberikan nilai
terhadap suatu objek, sehingga adanya tindakan yang dilaksanakan setelah
pembelajaran. Organization artinya membandingkan nilai-nilai
dari materi pembelajaran yang kemudian akan menghubungkannya dan mampu
menyelesaikan suatu konflik.Characterization by a value or value complex yakni
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh peserta didik, yang
memengaruh pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Menurut Sudjana (2009:31)
tipe hasil belajar afektif dapat dilihat dan diniliai saat waktu proses
pembelajaran dan setelah pembelajaran selesai dilakukan. Saat waktu
pembelajaran sikap peserta didik dapat dilihat dalam hal kemauan untuk menerima
materi dari guru, perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran,
keinginan mendengarkan dan mencatat materi, menghargai guru dan teman satu
kelas, dan keaktifan peserta didik dalam bertanya. Sementara itu, sikap yang
dapat dilihat setelah selesai pembelajaran pada peserta didik diantaranya,
kemauan mempelajari materi lanjut, kemauan mempraktikan nilai yang terkandung
dalam materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan adanya rasa senang terhadap
materi yang diajarkan oleh guru.
Untuk penialaian sikap
atau afektif bisa menggunakan teknik non-tes. Menurut Kochhar
(2008:56-63) untuk menialai sikap atau afektif bisa menggunakan teknik
non-tes. Menurut
Arifin (2012 : 180) teknik non-tes ini bisa dilakukan dengan beberapa kegiatan
diantaranya yaitu observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala
penilaian, angket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori
kepribadian, dan teknik pemberian penghargaan kepada peserta.
Observasi merupakan
kegiatan mengamati yang dilakukan oleh guru baik langsung atau tidak langsung
dengan mengacu pada pedoman observasi untuk menilai perilaku kelas baik dari
segi guru maupun peserta didik yang akan didapatkan sebuah data atau informasi
dari suatu fenomena kelas.
1. Wawancara adalah kegiatan
percakapan tanya jawab yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik, yang
dilakukan secara langsung (bertatap muka) atau tidak langsung (melalui
perantara).
2. Skala sikap adalah teknik
penilaian dengan memberikan pertanyaan- pertanyan positif dan negatif yang akan
dipilih oleh peserta didik. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi
dalam lima skala, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak
setuju, tidak tahu. Pertanyaan tersebut mengenai sikap peserta didik terhadap
pembelajaran atau lingkungan sekolah.
3. Daftar cek merupakan suatu daftar
yang digunakan oleh guru untuk mencatat dan memberi tanda tiap
kejadian-kejadian yang terjadi di diri peserta didik baik kejadian kecil maupun
besar dalam segala aspek, teknik seperti ini membantu guru dalam mengingat apa
saja yang harus dinilai oleh guru.
4. Skala penilaian merupakan daftar cek
akan dikembangan dalam bagian yang lebih luas dan terperinci yang disusun
secara tingkatan yang telah ditentukan.
5. Angket yaitu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berisi pendapat, paham
dari peserta didik yang dilaksanakan secara tertulis yang dipengaruhi oleh
pemikiran diri sendiri.
6. Studi kasus adalah kegiatan untuk
memahami sebuah masalah yang dialami peserta didik dengan mencari informasi
terkait dengan masalah tersebut yang natinya kemudian akan disimpulkan dan
dicari penyelesaiannya, hal yang bisa dipahami dalam masalah-maslaah peserta
didik misalnya dalam masalah lamban dalam memahami materi.
7. Catatan insedental yaitu cacatan yang
berisi tentang kejadian singkat yang dialami atau yang telah dilakukan peserta
didik dalam pembelajaran, kejadian tersebut biasanya tingkah laku peserta
didik.
8. Sosiometri adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk merangkum, menyusun dan mengkualifikasikan
pendapat-pendapat peserta didik dalam menanggapi teman sebaya mereka bagaimana
hubungan mereka dengan para teman-temannya.
9. Inventori
kepribadian merupakan tes kepribadian yang jawaban dari peserta didik tersebut benar
semua, namun jawaban tersebut tetap akan dikualifikasikan sehingga dapat
dibandingkan dengan kelompok lain.
Teknik pemberian
penghargaan kepada peserta didik bertujuan untuk memberikan semangat, motivasi
dan meningkatkan perhatian peserta didik dalam pembelajaran, serta memodifikasi
tingkah laku peserta didik dari yang kurang positif menjadi lebih produktif
lagi dengan adanya hadiah kepada peserta didik yang terbaik.
Sementara itu, menurut
Fadillah (211-212) dalam Kurikulum 2013 penilaian sikap dilakukan melalui
observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Observasi
merupakan teknik penilaian yang dilakukan berkelanjutan baik dilakukan langsung
maupun tidak langsung. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan meminta
peserta didik untuk menilai dirinya sendiri dalam hal kekurangan dan
kelebihannya dalam konteks pecapaian kompetensi. Penilaian antar teman hampir
sama dengan penilaian diri akan tetapi penilaian ini dilakukan oleh antar
peserta didik menilai peserta didik lain, sedangkan jurnal merupakan catatan
dari guru mengenai kejadian atau tingkah laku peserta didik.
Selain itu, menurut
Suwandi (2010:114) teknik penilaian diri adalah teknik penilaian dengan cara
peserta didik diminta untuk menilaia dirinya sendiri yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar, tingkat pecapaian kompetensi dalam mata pelajaran
tertentu. Penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur 3 ranah kompetensi
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah afektif dalam pelaksanaannya guru
dapat memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat tulisan berkaitan
dengan refleksi dirinya selama mengikuti pembelajaran. Kemudian refleksi
dirinya akan dinilai sendiri berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan oleh
guru. Banyak keuntungan dari penilaian diri ini, salah satunya yaitu peserta
didik mengetahui kelemahan dan kekuatannya dalam pembelajaran, sehingga ia akan
terus meningkatkan potensi yang ia punya agar dalam proses pembelajaran bisa
lebih baik.
Pelaksanaan penilaian diri
biasanya dilakukan beberapa kali, hal ini dikarenakan hasil penilaian diri awal
atau yang baru tidak dapat langsung dipercaya. Menurut Suwandi
(2010:142) terdapat dua kemungkinan data hasil penilaian diri tidak dapat
langsung dipercaya, pertama karena peserta didik belum terbiasa sehingga akan
banyak melakukan kesalahan dalam melakukan penilaian. Kedua karena penilaian
ini dilakukan sendiri oleh peserta didik, maka sifat subjektifitas itu
kemungkinan terjadi. Demi mendapatkan nilai yang bagus maka peserta didik kemungkinan
akan menilai dirinya tidak sesuai dengan kenyataan dalam dirinya, bisa
dikatakan untuk mengejar nilai baik. Oleh karena itu, guru sebaiknya tidak
hanya sekali melakukan penilaian diri. Apabila hasil penilaian pertama sudah
didapat, maka guru harus menelaah dan mengkoreksi lagi hasil penilaian peserta
didik. Jika peserta didik masih menunjukan kesalahan, maka guru
mengembalikannya kepada peserta didik dan dilakukan penilaian diri untuk yang
kedua kalinya, begitu seterusnya sampai hasilnya maksimal.
Menurut Sudjana
(2009:106) skor hasil pengukuran disebut dengan skor mentah, agar skor mentah
ini menjadi nilai yang lebih bermakna dan dapat dijadikan untuk menentukan
prestasi dan kemampuan peserta didik, maka harus diolah menjadi skor masak.
Proses pengubahan skor mentah menjadi skor masak inilah yang dinamakan
pengolahan data. Setelah semua data penilaian terkumpul, maka langkah
selanjutnya yaitu pengolahan data.Karena penialian afektif biasanya dihasilkan
dari penilaian non tes, maka hasil dari penilaian afektif adalah dalam bentuk
data kualitatif, yang kemudian akan dideskripsikan sebagai penjelasan nilai
afektif. Menurut Suwandi (2010:135-136) data hasil penilaian afektif didapat dari
pengamatan guru yang dilengkapi dengan catatan-catatan guru dan pertanyaan
langsung. Catatan dari guru ini berkaitan dengan kejadian- kejadian di dalam
kelas, baik yang positif maupun yang negatif. Kejadian- kejadian yang diambil
adalah kejadian yang menonjol pada peserta didik, oleh karena itu biasanya
peserta didik yang pintar dan berperilaku tidak baik di kelas akan mudah
dikenali karena mendapat perhatian dari guru. Dari catatan itu guru dapat
menggolongkan peserta didik masuk dalam kategori yang sudah guru buat. Kemudian
guru dapat berkonsultasi dengan guru Bimbingan Konseling untuk berdiskusi
tentang peserta didik dan mencocokan hasil penilaian afektif dari kedua belah
pihak.
Ada beberapa cara
dalam mengolah data dari nilai non tes, Sudjana (2009:128) mengemukakan cara
mengola data dari hasil wawancara, kuesioner, observasi, skala.
1. Pengolahan data hasil
wawancara dan kuesioner
Data hasil wawancara
dan kuesioner biasanya dicari frekuensinya dalam setiap jawaban. Frekuensi
terbanyak cenderung mendekati jawaban yang sebenarnya. Sebaliknya,
frekuensi yang paling rendah cenderung merupakan jawaban yang tidak mendekati
dengan kenyataan objek yang dinilai. Dari hasil wawancara dan kuesioner ini
guru dituntut untuk benar-benar teliti, dan mampu membandingkan jawaban dari
peserta didik dengan hasil penilaian lain misalnya observasi. Nantinya hasil
dari pengolahan data bisa maksimal dan mendapatkan jawaban yang benar dan
mendekati kenyataan dalam situasi pembelajaran.
2. Pengolahan data hasil
obeservasi
Hasil observasi
bersifat subjektif, karena hasilnya sesuai dengan pengamatan yang dilakukan
seorang individu. Data hasil observasi bergantung pada pedoman observasi
tersebut, terutama dalam mencatat dan mendokumentasikan setiap objek
pengamatan. Bentuk dari hasil observasi adalah pernyataan-pernyataan yang
dilihat si pengamat. Pengolahan pernyataan-pernyataan tersebut agar menjadi
nilai afektif yang masak, caranya dengan menganalisis dan menginterpretasikan
hasil amatan tersebut. Selain menggunakan cara tersebut, dapat pula menggunakan
pengamatan yang sudah diberi skor atau skala nilai. Pada setiap aspek yang akan
dinilai sudah tersedia kolom skor yang nantinya akan diisi oleh pengamat,
misalnya nilaianya A, B, C, dan D, atau dapat pula menggunakan angka yaitu 4,
3, 2, dan 1. Dari skor yang sudah diisi oleh guru atau pengamat, maka akan
dijumlahkan dan dicari rata-ratanya, yang kemudain dapat dikonveksikan kedalam
standar ratusan atau puluhan.
3. Pengolahan data hasil
skala penilaian dan skala sikap
Pengolahan data baik
dari skala penilaian dan skala sikap tak jauh beda dengan pengolahan data hasil
observasi yang menggunakan skor atau nilai. Caranya yaitu dengan menentukan
skor dari seluruh butir soal, kemudian akan dirata-rata dengan cara membagi
jumlah skor dengan jumlah pertanyaan, yang terakhir meninterpertasikan jawaban
yang baik dan jawaban yang tidak baik. Misalnya peserta didik sangat bagus
dalam menanggapai materi, tetapi kurang dalam mengahargai pendapat peserta
didik lainnya.
Menurut Arikunto
(2007:180-181) ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur
sikap peserta didik yaitu.
1. Skala Likert, dalam skala ini
dibentuk dengan pernyataan yang ditunjukan dengan lima tingkatan respons yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak berpendapat (TB), tidak setuju (TS), sangat
tidak setuju (STS),
2. Skala pilihan ganda, berisi soal yang
berbentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah
alternatif pendapat,
3. Skala Thurstone, skala bentuk ini
hampir mirip dengan skala Likert tetapi isinya berupa instrumen yang jawabannya
menunjukan tingkatan,
4. Skala Guttman, berupa tiga atau
empat buah pernyataan yang masing- masing harus dijawab “ya” atau “tidak”.
Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan, sehingga
bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1,
selanjutnya jika responden setuju dengan pernyataan nomor 3 berarti setuju
pernyataan nomor 1 dan 2,
5. Semantic differential, terdapat tiga
dimensi yang akan diukur dalam kategori baik-tidak baik, kuat-lemah, dan
cepat-lambat atau aktif-pasif,
Pengukuran minat,
dalam penggolongan kategori yang diukur hampir sama dengan jenis skala Likert.
Menurut Arifin (2012:233) selain dengan menggunakan huruf atau kata- kata,
dalam menggolongkan hasil penilaian sikap, dapat pula menggunkan angka. Skala
ditulis dengan menggunakan angka, untuk urutan pernyataan positif ke negatif
yaitu 5, 4, 3, 2, dan 1, sedangakan untuk pernyataan negatif ke positif
menggunkan urutan 1, 2, 3, 4 dan 5. Skala ini ditentukan dari hasil penilaia
afektif yang datanya berbentuk angka-angka, yang kemudian akan dirata-rata dan
dikonveksikan menjadi beberapa standar salah satunya dapat menggunakan standar
4 sebagai angka tertinggi.
Penilaian psikomotorik
merupakan penilaian terhadap keterampilan dan kemampuan bertindak setiap
individu. Penilaian psikomotorik berkenaan dengan keterampilan-keterampilan
atau kemampuan-kemampuan bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman
belajar tertentu. Menurut
Sudjana (2009:30-31) ada enam tingkatan keterampilan yaitu (1) gerak reflek
atau gerakan yang tidak disadari, (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar,
(3) kemampuan perseptual, yaitu membedakan visual, auditif, motoris, dan lain-
lainnya, (4) kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan, (5) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai
keterampilan yang kompleks, (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Menurut Sudjana
(2009:30-32) hasil dari penilaian afektif dapat juga dijadikan sebagai
penilaian psikomotorik. Penilaian afektif dan psikomotorik sebenarnya saling
berhubungan, dalam kondusi tertentu dapat pula dikatakan kedua penilaian ini
ada dalam kebersamaan. Hasil belajar afektif dapat dijadikan menjadi hasil
belajar psikomotorik, manakala peserta didik menunjukan perilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung di dalam ranah afektifnya,
sehingga akan kelihatan kesamaan dari kedua ranah tersebut. Contohnya, dalam
penilaian hasil belajar afektif yaitu perhatian peserta didik terhadap apa yang
dijelaskan oleh guru, maka dalam penilaian psikomotorik yaitu mencatat bahan
pelajaran dengan baik dan sistematis.
Terdapat beberapa jenis
penilaian yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan nilai psikomotor dari
peserta didik, diantaranya yaitu dengan mengambil nilai praktik atau kinerja,
proyek, dan portofolio. Beberapa penilaian tersebut mampu menunjang penilaian psikomotorik yang
dilakukan oleh guru, karena berhubungan dengan kemampuan keterampilan peserta
didik dalam pembelajaran. Tentunya ketiga jenis penilaian dalam penilaian
psikomotorik tersebut mempunyai teknik tersendiri untuk bisa mendapatkan sebuah
nilai dari peserta didik.
Penilaian praktik lebih
menekankan pada langkah- langkah kinerja, kelengkapan dan ketepatan, dan
kemampuan khusus yang dipakai peserta didik. Manfaat dari penggunaan penilaian
dengan menggunakan teknik tersebut untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan
oleh peserta didik, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan
praktik selanjutnya.
Menurut Fadillah
(2014:216) penilaian keterampilan pada Kurikulum 2013 diambil dari nilai
kinerja peserta didik dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan portofolio.
Tes praktik merupakan penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku berupa pembuatan suatu produk tertentu
sesuai dengan tuntutan kompetensi. Oleh karena itu tes praktik dapat pula
disebut tes produk. Tiga tahapan untuk menilai praktik peserta didik yaitu
tahap persiapan, tahap pembuatan produk, dan tahap penilaian produk.
Menurut Arifin
(2012:150) tes perbuatan atau penilaian paraktik ini memiliki kelebihan dan kelemahan
dalam penerapannya. Kelebihan dari tes perbuatan ini yaitu teknik penilaian
yang satu-satunya digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang
keterampilan, dapat digunakan untuk mencocokkan pengetahuan teori dan
keterampilan praktik. Pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk
mencontek, guru bisa melakukan pengamatan lebih dalam terhadap pribadi peserta
didik. Sementara itu, kelemahannya yaitu memakan waktu yang lama, dalam hal
tertentu membutuhkan biaya yang besar, cepat membosankan, jika sering dilakukan
maka tugas tersebut akan tidak bermakna lagi.
Penilaian proyek adalah
tugas yang dinilai mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan, dan
hasil proyek yang sudah jadi. Hal yang perlu dipertimbangkan yaitu
kemampuan pengolahan oleh peserta didik, relevansi, dan keaslian. Penilaian
praktik dan proyek dapat dilakukan secara bersama, untuk mendapatkan produk
yang akan dijadikan nilai proyek, maka dapat pula menilai praktik peserta didik
dengan menilai proses pembuatan produk tersebut. Penilaian praktik dan
proyek ini bisa dilakukan dengan berkelompok atau dengan individual. Kedua
penilaian ini difokuskan pada proses dan produk yang dihasilkan dari tugas yang
telah diberikan oleh guru.
Menurut Suwandi
(2010:93-94) penilaian portofolio adalah sekumpulan karya-karya dari peserta
didik dalam kurun waktu tertentu (satu semester, satu tahun) hingga akhir
periode tersebut nantinya akan dinilai secara keseluruhan. Penelian seperti itu
memungkinkan guru untuk dapat mengetahui perkembangan kemampuan pembelajaran
peserta didik selama periode tertentu. Sementara itu, bagi peserta didik
penilaian portofolio memberikan pengetahuan tentang kelebihan maupun kekurangan
dalam pembelajaran, sehingga dari pengetahuan tersebut akan terus terjadi perbaikan
yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya dalam
pembelajaran.
Pengimplementasian
penilaian psikomotorik di kelas, dalam hal ini guru bisa melakukan penilaian
berbasis kelas. Penilaian
ranah psikomotorik bisa dilakukan dengan daftar cek atau skala penilaian.
Daftar cek bisa digunakan ketika guru mengahadapi subjek dalam jumlah yang
besar, kemudian skala penilaian bisa digunakan dalam jumlah yang sedikit atau
terbatas. Unsur- unsur yang ada dalam pengimplementasian penilaian berbasis kelas
yaitu, penilaian prestasi belajar, penilaian kinerja, penilaian alternatif,
penilaian autentik, dan penilaian portofolio. Tujuan dari penialaian berbasis
kelas ini yaitu untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik atas hasil
belajar dan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas.
Menurut Sudjana
(2009:182) pengukuran ranah psikomotorik biasanya akan disatukan dengan
penilaian ranah kognitif. Komponen penilaian portofolio meliputi catatan guru,
hasil pekerjaan peserta didik, dan data perkembangan peserta didik. Instrumen
yang dapat digunakan untuk mengukur ranah psikomotorik peserta didik dapat
menggunkan matriks. Isi dari matriks menyatakan tentang perperincian aspek
keterampilan yang akan diukur, ke kanan menunjukan skor yang dapat dicapai.
Skor tersebut nantinya akan dijumlahkan dan dibagi jumlah variabel penilaian
yang hasilnya nanti didapat dan akan dijadikan sebagai nilai psikomotorik
peserta didik. Untuk ranah psikomotorik atau keterampilan dapat didapat dari
hasil penilaian produk, yang dihasikan oleh peserta didik maupun kinerjanya.
Untuk mengukurnya guru bisa menggunakan simulasi, unjuk kerja atau tes
identifikasi. Sama dengan ranah sikap nantinya hasil yang akan didapat akan
diskalakan, salah satunya bisa menggunakan skala 1 sampai 5, yaitu sangat baik
(5), baik (4), cukup (3), kurang baik (2), dan tidak baik (1).
Jenjang Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/ semester : XII/ 1
Alokasi waktu : 2 X 45 menit
A. Standar Kompetensi : Menjelaskan sifat-sifat koligatif larutan nonelektrolit dan elektrolit.
B. Kompetensi Dasar : Menjelaskan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan, dan tekanan osmosis termasuk sifat koligatif larutan.
C. Indikator :
I. Aspek Kognitif
a. Proses
1. Menganalisis penurunan titik beku suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut melalui percobaan.
b. Produk
1. Menghitung penurunan titik beku larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan data percobaan.
II. Aspek Afektif
1. Menunjukkan sikap menghargai pendapat teman lain.
2. Mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif dan sungguh-sungguh.
III. Aspek Psikomotor
1. Melakukan percobaan dengan terampil.
KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF
Nama Instrumen : Instrumen Penilaian Afektif
Jenjang/kelas : SMA/XI
Mata Pelajaran : Kimia
Variabel
|
Indikator
|
Deskriptor
|
Jumlah soal
|
Nomor Soal
|
Rubrik Penilaian Afektif
|
sikap terhadap mata pelajaran
|
Memperhatikan penjelasan guru.
|
1
|
1
|
sikap terhadap guru mata pelajaran,
|
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman.
|
1
|
7
| |
sikap terhadap proses pembelajaran,
|
Mengikuti pembelajaran dengan serius.
|
1
|
2
| |
Mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh.
|
1
|
3
| ||
Bekerjasama dalam kelompok
|
1
|
4
| ||
Mengungkapkan gagasan
|
1
|
6
| ||
sikap terhadap materi pembelajaran,
|
Menjelaskan kembali pembelajaran dengan konteks lain.
|
1
|
8
| |
Menyimpulkan hasil pembelajaran.
|
1
|
9
| ||
sikap berhubungan dengan nilai yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu
|
Menghargai pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
|
1
|
5
|
LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF
Tujuan : Lembar Penilaian Aspek Afektif digunakan oleh guru untuk mengakses (mendapatkan informasi tentang minat dan motivasi siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Petunjuk : 1. Amati komponen afektif yang tampak dalam proses pembelajaran.
2. Ambil posisi tidak jauh dari kelompok/siswa yang diamati pada saat melakukan pengamatan.
3. Berilah tanda √ pada jalur yang sesuai.
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
Nama Siswa
| |||||||||||||||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
Q
|
R
|
S
|
T
|
U
|
V
|
W
|
X
|
Y
|
Z
| |||
1.
|
Memperhatikan penjelasan guru.
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Mengikuti pembelajaran dengan serius.
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh.
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Bekerjasama dalam kelompok.
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
5.
|
Menghargai pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
6.
|
Mengungkapkan gagasan
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
7.
|
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman.
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
8.
|
Menjelaskan kembali pembelajaran dengan konteks lain.
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
9.
|
Menyimpulkan hasil pembelajaran.
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
Jumlah
|
Keterangan : Sangat baik (2), Baik (1), Tidak Baik (0)
Jambi, ........................ 2012
Pengamat/Penilai
(............................................)
NIP.
Jambi, ........................ 2012
Pengamat/Penilai
(............................................)
NIP.
Rentang Penilaian:
1. Memperhatikan penjelasan guru
· Sangat baik (memperhatikan guru dengan serius, tidak bercanda dengan teman, dan antusias dalam pembelajaran) = 2
· Baik (memperhatikan penjelasan guru, sesekali bercanda dengan teman) = 1
· Tidak baik (tidak memperhatikan penjelasan guru, sering bercanda dengan teman) = 0
2. Serius dalam mengikuti pembelajaran
· Sangat baik (antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak bercanda selama pembelajaran) = 2
· Baik (antusias dalam mengikuti pembelajaran, sesekali bercanda dengan teman) = 1
· Tidak baik (tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, sering bercanda dengan teman) = 0
3. Mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh
· Sangat baik (mengikuti diskusi dalam kelompok dengan sungguh-sungguh) = 2
· Baik (mengikuti diskusi kelompok sesekali sesekali bercanda dengan teman) = 1
· Tidak baik (tidak mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh) = 0
4. Kerjasama dalam diskusi
· Sangat baik (melakukan kerjasama bersama teman kelompok diskusi) = 2
· Baik (melakukan kerjasama bersama teman kelompok sesekali saja) = 1
· Tidak baik (tidak melakukan kerjasama dengan teman kelompok diskusi) = 0
5. Menghargai pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
- Sangat baik (menerima pendapat teman, mengomentari dengan tingkah laku yang sopan) = 2
- Baik (menerima pendapat teman dengan tingkah laku yang kurang sopan) = 1
- Tidak baik (tidak menghargai pendapat teman dan hanya menyalahkan saja) = 0
6. Mengungkapkan gagasan apabila mempunyai ide yang lebih baik dari yang sudah ada
· Sangat baik (dapat mengungkapkan gagasan yang baik dan sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan) = 2
· Baik (dapat mengungkapkan gagasan yang kurang sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan) = 1
· Tidak baik (tidak dapat mengungkapkan gagasan sedikitpun) = 0
7. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman
· Sangat baik (menjawab Pertanyaan yang diajukan guru atau teman dengan jawaban yang sesuai dengan yang ditanyakan) = 2
· Baik (menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau teman kurang tepat dari yang ditanyakan) = 1
· Tidak baik (tidak menjawab pertanyaan yang diajukan guru) atau teman = 0
8. Mampu menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan konteks lain.
- Sangat baik (dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang diajukan guru) = 2
- Baik (dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang diajukan guru tetapi kurang terstruktur) = 1
- Tidak baik (tidak dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang diajukan guru) = 0
9. Mampu menyimpulkan hasil pembelajaran.
- Sangat baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran kesekuruhan) = 2
- Baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran sebagian saja) = 1
- Tidak baik (tidak dapat menyimpulkan hasil pembelajaran) = 0
Penilaian akhir adalah :
nilai = skor yang peroleh /18 x 100
Keterangan:
A : 81-100 Sangat Baik
B : 61-80 Baik
C : 41-60 Cukup
D : ≤ 40 Kurang
KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTOR
Nama Instrumen : Rubrik Penilaian Psikomotor
Jenjang/kelas : SMA/XI
Mata Pelajaran : Kimia
Variabel
|
Indikator
|
Deskriptor
|
Jumlah soal
|
Nomor Soal
|
Rubrik Penilaian Psikomotor
|
Persiapan
|
Preparasi
|
1
|
1
|
Keterampilan dalam menggunakan alat dan prosedur kerja
|
1
|
2
| ||
Pelaksanaan
|
Keterampilan dalam memahami prosedur kerja
|
2
|
4,5
| |
aspek kualitas teknis produk
|
1
|
3
|
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTOR
Tujuan : Lembar Penilaian Aspek Psikomotor digunakan oleh guru untuk mengakses (mendapatkan informasi tentang keterampilan siswa saat praktikum berlangsung.
Petunjuk : 1. Amati komponen psikomotor yang tampak selama praktikum.
2. Ambil posisi tidak jauh dari kelompok/siswa yang diamati pada saat melakukan pengamatan.
3. Berilah tanda √ pada jalur yang sesuai.
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
Nama Siswa
| |||||||||||||||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
Q
|
R
|
S
|
T
|
U
|
V
|
W
|
X
|
Y
|
Z
| |||
1.
|
Menyiapkan alat dan bahan.
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Cara merangkai alat
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Keterampilan membuat campuran pendingin
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Meletakkan gelas kimia berisi larutan ke dalam campuran pendingin
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
| ||||||||||||||||||||||||||||
5.
|
Keterampilan mengukur suhu dengan termometer
|
0
| ||||||||||||||||||||||||||
1
| ||||||||||||||||||||||||||||
2
|
Keterangan : Sangat baik (2), Baik (1), Tidak Baik (0)
Jambi, ........................ 2012
Pengamat/Penilai
(............................................)
NIP.
Jambi, ........................ 2012
Pengamat/Penilai
(............................................)
NIP.
Rentang Penilaian
1. Menyiapkan alat dan bahan
- Sangat baik (Semua alat bahan lengkap dipersiapkan dan tepat pada waktunya) = 2
- Baik (Alat dan bahan kurang lengkap dipersiapkan dan kurang tepat pada waktunya) = 1
- Tidak baik (Alat dan bahan tidak lengkap dipersiapkan dan kurang tepat pada waktunya) = 0
2. Cara merangkai alat
- Sangat baik (dapat merangkai alat kesekuruhan) = 2
- Baik (dapat merangkai alat sebagian saja) = 1
- Tidak baik (tidak dapat merangkai alat) = 0
3. Keterampilan membuat campuran pendingin
- Sangat baik (dapat membuat campuran pendingin kesekuruhan) = 2
- Baik (dapat membuat campuran pendingin sebagian saja) = 1
- Tidak baik (tidak dapat membuat campuran pendingin) = 0
4. Meletakkan gelas kimia berisi larutan ke dalam campuran pendingin
- Sangat baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran kesekuruhan ) = 2
- Baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran sebagian saja ) = 1
- Tidak baik (tidak dapat menyimpulkan hasil pembelajaran) = 0
5. Keterampilan mengukur suhu dengan termometer
- Sangat baik (dapat mengukur suhu, tanpa bertanya dengan teman/guru) = 2
- Baik (dapat mengukur, dengan bertanya dengan teman/guru) = 1
- Tidak baik (tidak dapat mengukur suhu) = 0
Penilaian akhir adalah :
nilai =skor yang diperoleh / 10 x 100
PERMASALAHAN :
Bagaimana menurut anda jika salah satu penilaian tersebut tidak ada ? apakah masih dapat melihat penilaian individu secara keseluruhan, jelaskan !
Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?
Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?
BalasHapusartinya rubrik ini harus melalui proses validasi oleh ahli. atau jika memang instrumen berasal dari badan yang terakreditasi maka guru benar" harus objektif dalam menilai dan penilaian dilakukan pada saat itu juga
saya setuju dengan pendapat rina, bahwasanya kita harus memvalidasi dan merealibilitas instrumen yang dibuat. dan saat instrumen tersebut dari badan kependidikan maka instrumen tersebut harus dilihat realibilitasnya sebelum dipakai di sekolah
HapusSaya sependapat dengan teman teman. Dalam sebuah instrumen ataupun rubrik dri suatu penilaian harus melalui proses uji coba dlu. Dan harus di validasi dlu. Agar rubrik itu yakin dan benar jika digunakan sehingga akan mengurangi kesalahan agar kekeliruan itu bisa kurang.
HapusBagaimana menurut anda jika salah satu penilaian tersebut tidak ada ? apakah masih dapat melihat penilaian individu secara keseluruhan, jelaskan !
BalasHapus.
Menurut saya, Jika salah satu penilaian tidak ada masih dapat melihat penilaian individu namun tidak seautentik apabila penilaian lain juga ada seperti penilaian antar teman dan penilaian sendiri. Karena penilaian lain itu gunanya untuk membandingkan apakah LO tadi benar-benar sesuai dengan penilaian yang orang lain berikan terhadap siswa yang dinilai.
sependapat dengan rifanny. penilaaian otentik yakni samanya hasil penilaian orang lain dengan penilain diri sendiri. penilain nya taetap berjalan. namun tidak bebaik hasil yang manggunakan rubrik penilaian yang dilakukan secara keseluruhan.
HapusBagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?
BalasHapusmenurut saya jika dalam penyusunan rubrik, maka diperlukan lah peranan validasi para ahli dibidang tersebut. dan jika dalam pengaplikasian rubrik yaitu dengan adanya evaluasi dan perbaikan menyesuaikan dengan kebutuhan
sependapat dengan kak melda, cara meminimalisir kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik yaitu dengan validasi para ahli dan dengan evaluasi pada perbaikan perbaikan tersebut.
HapusBagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?
HapusSaya sepndapat dengan kak Melda dan Rini,cara meminimalisir kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik yaitukita berpatokan dengan KI, KD, dan indikator yg kita buat sebwlumnya, setelah kita buat kita lakukan evaluasi, dengan demikin kekurangan dpat terlihat, dilanjutkan dengan validasi.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan rahmah yakni Bagaimana menurut anda jika salah satu penilaian tersebut tidak ada ? apakah masih dapat melihat penilaian individu secara keseluruhan.
BalasHapusMenurut saya, jika hanya 1 yg dinilai maka tidak dapat menilai keseluruhan artinya 1aspek tdk dpt mewakili aspek yg lain. Karena pada hakikatnya ke tigatiganya merupakan 1 paket yg tidak terpisahkan. Jadi jika salah satu tidak ada maka penilaian it akan timpang dan belum bisa dikatakan penilaian otentik.
Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?
BalasHapuskita harus benar merumuskan rubrik penilaian berdasarkan indikator, setelah itu dievaluasi, dan divalidasi. kemudian di uji cobakan. jika masih ada kekurangan di revisi lagi.
sependapat dengan esa bahwa cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik adalah
Hapuskita harus benar merumuskan rubrik penilaian tersebut berdasarkan indikator,kemudian rubrik itu dievaluasi, dan selanjutnya divalidasi, lanjut dengan diujicobakan. jika masih terdapat kekurangan maka perlu direvisi lagi hingga peluang kesalahan menjadi sangat kecil
Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?
BalasHapusmenurut saya caranya dengan mengkaji terlebih indikator-indikator yang harus dicapai siswa, selanjutnya di lakukan juga pengkajian literatur yang mendukung, barulah dilakukan penyusunan rubrik tersebut. selanjutnya divalidasi dengan ahli untuk melihat susunan dari rubrik tersebut terkait susunan tingkat pencapaian,urutan kata dan urutan dari sistematika rubrik tersebut. selanjutnya dapat dilihat juga dari setelah penggunaaan , apakah rubrik tersebut dapat menilai siswa secara valid dan reliabel