MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL)
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya sampai pada tingkatan ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak menyentuh aspek aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Ini berarti pada umumnya, pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk menerapkan, mengolah setiap unsur-unsur konsep yang dipelajariuntuk membuat (sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi (berpikir kritis) terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipelajarinya. Sementara itu, aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan.
Di dalam pelaksanaannya, model pembelajaran berbasis proyek memiliki langkah-langkah (sintaks) yang menjadi ciri khasnya dan membedakannya dari model pembelajaran lain seperti model pembelajaran penemuan (discovery learning model) dan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning model). Adapun langkah-langkah itu adalah:
(1) menentukan pertanyaan dasar;
(2) membuat desain proyek;
(3) menyusun penjadwalan;
(4) memonitor kemajuan proyek;
(5) penilaian hasil;
(6) evaluasi pengalaman.
Sintak Pembelajaran Berbasis Proyek di uraikan berikut ini:
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalamdan topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Proses monitoring dapat dilakukan dengan menggunakan rubrik untuk merekam keseluruhan aktivitas penting.
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Model pembelajaran PJBL selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Tentu saja topik yang dipakai harus pula berhubungan dengan dunia nyata. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.
Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knownledge) terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terakhir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi.
Banyak sekali manfaat yang dapat diraih melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ini, misalnya:
(1) siswa menjadi pebelajar aktif;
(2) pembelajaran menjadi lebih interaktif atau multiarah;
(3) pembelajaran menjadi student centred);
(4) guru berperan sebagai fasilitator;
(5) mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa;
(6) memberikan kesempatan siswa memanajemen sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas sehingga melatih mereka menjadi mandiri;
(7) dapat memberikan pemahaman konsep atau pengetahuan secara lebih mendalam kepada siswa; dsb.
Definisi Kemampuan Argumentasi
Kata argumentasi berasal dari kata “argumen” yang bearti alasan. Argumentasi merupakan usaha yang dilakukan seseorang dalam menyampaikan suatu pendapat yang disertai fakta yang menguatkan pendapat tersebut. Menurut Siegel (1995) argumentasi memainkan peran penting dalam membangun penjelasan, model dan teori-teori. Kemampuan argumentasi memainkan peran utama dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta pemahaman terhadap permasalahan dan suatu gagasan.
Menurut Deane dan Song (2014), kemampuan argumentasi merupakan salah satu kemampuan berpikir yang paling kompleks dalam proses pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan argumentasi adalah untuk mengenalkan literasi sains yang menyiapkan siswa untuk bertanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat dan warga negara di masa depan.
Aspek pada Kemampuan Argumentasi
Kemampuan argumentasi menurut McNeill & Krajcik (2006) memuat aspek berupa claim, evidence dan reasoning.
- Claim merupakan pernyataan yang menjawab permasalahan.
- Evidence menurut Wilson, Taylor, Kowalski & Carlson, (2010) merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan.
- Reasoning merupakan pembenaran terkait pernyataan dan bukti.
Suatu argumen yang berkualitas harus mampu menghadirkan komponen tersebut dengan jelas dan logis. Komponen argumentasi dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran yang tepat. Selama proses pembelajaran, guru cenderung mendominasi kelas dengan mengajukan banyak pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengarahkan dan memberikan penjelasan materi, sehingga peserta didik kurang terlatih dalam berargumen. Pertanyaan yang diajukan guru hanya berupa pertanyaan yang membutuhkan jawaban singkat atau pertanyaan yang bersifat mengulang, sehingga kurang mengakomodasi kemampuan berpikir peserta didik.
Berikut sintaksis model pembelajaran PJBL hasil modifikasi pada materi sifat-sifat koloid beserta alasan dan dampaknya bagi kemampuan argumentasi siswa :
No
|
No
|
Sintaks model PJBL Konvensional
|
Sintaks PJBL Hasil modifikasi
(Inovasi)
|
Indikator Argumentasi
|
Alasan serta Dampak Inovasi Sintaks terhadap
Kemampuan Argumentasi
|
|
1
|
Penentuan pertanyaan mendasar (Questioning)
|
Questioning
|
Alasan
memodifikasi langkah ini karena pada sintaks konvensional kurang tergambar
dengan rinci apa yang akan dilakukan siswa.
Dengan
dilakukannya modifikasi diharapkan berdampak terhadap kemampuan argumentasi
siswa
|
||
Guru
bersama dengan siswa menentukan tema/topik proyek
|
Guru
mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti kegiatan belajar dan melakukan
review pembelajaran sub-bab sebelumnya
|
-
|
|||
Guru
memberikan motivasi melalui contoh implikasi materi dalam
kehidupan sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai
materi sifat-sifat koloid.
|
-
|
||||
Guru memberikan siswa suatu masalah terkait materi
secara singkat untuk mengacu siswa memberikan pernyataan yang
menjawab permasalahan tersebut kemudian
mengumpulkan pernyataan-pernyataan siswa dari materi sifat-sifat koloid.
|
Memberikan
pernyataan dari suatu masalah
|
||||
Guru
menginstruksikan siswa mencatat pernyataan-pernyataan yang dapat dibembuktikan
dengan implikasi materi sifat-sifat koloid terhadap lingkungan maupun
kehidupan sehari-hari
|
Berpikir
detail (elaborasi)
Berpikir
luwes
|
||||
2
|
Mendesain perencanaan proyek
|
Planning
|
Alasan
melakukan modifikasi pada langkah ini karena pada sintaks konvensional guru
tekesan seperti hanya berperan sebagai fasilitator saja namun tidak
terperinci fasilitator seperti apa dan bagaimana. Pada langkah hasil
modifikasi siswa bebas dalam merencanakan proyek apa yang dilakukan namun
harus tetap dalam koridor relevan dengan materi dengan diawasi secara optimal
oleh guru
Dengan
dilakukannya modifikasi ini diharapkan dapat meningkat kemampuan berpikir
lancar, detail dan orisinil siswa serta dapat mempertahankan pendapat sendiri.
|
||
Guru
memfasilitasi siswa untuk merancang langkah kegiatan penyelesaian proyek
|
Pernyataan
penting yang telah dirumuskan sebelumnya, selanjutnya dikembangkan menjadi
sebuah topik/tema dalam penyusunan proyek yang akan dikerjakan.
|
Berpikir
luwes, lancar, elaborasi, orisinil
|
|||
Guru
menginstruksikan siswa untuk melakukan studi literatur melalui pada fakta,
informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan fakta dan
informasi-informasi tersebut. Dengan mengetahui mengenai pernyataan yang akan
dikemukakannya, serta mengetahui prinsip ilmiah yang mencakup pernyataan
tadi, maka siswa dapat memperdalam masalah tersebut dengan proyek yang dilakukan . Dengan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan
tadi .
|
Berpikir
lancar, luwes dan detail
|
||||
Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang sebaran kemampuan berpikirnya
heterogen untuk nantinya menyusun proyek dengan konsep berbeda tiap
kelompoknya
|
-
|
||||
Guru
memberikan LKPD yang kegiatan siswanya masih kosong dan harus diisi
sendiri oleh siswa sesuai dengan proyek apa yang akan mereka
lakukan.
|
Berpikir
detail
|
||||
Guru mengawasi dan mengarahkan setiap kegiatan siswa agar proyek yang
dirancang tidak melenceng dari tujuan pembelajaran awal
|
-
|
||||
3
|
Menyusun jadwal
|
Researching
|
Alasan
modifikasi yakni pada sintaks konvensional peran guru dan siswa terlalu umum
dan tidak terperinci
Dengan
dlikakukannya modifikasi diharapkan kesematan yang diberikan guru untuk siswa
berliterasi dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir detail, lancar, luwes dan orisinil sehingga hasil karya
proyek memiliki ciri khas tersendiri (unik)
|
||
Guru
memberikan pendampingan kepada siswa melakukan penjadwalan semua
kegiatan yang telah dirancang
|
Guru
memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk siswa bertanya dan mengeluarkan
pendapat mengenai proyek yang dilakukan.
|
Berargumentasi
luwes dan detail
|
|||
Guru
mengawasi dan mengarahkan setiap kegiatan siswa agar proyek yang dirancang
tidak melenceng dari tujuan pembelajaran awal
|
-
|
||||
4
|
Memonitor siswa dan kemajuan proyek
|
Creating
|
Alasan
modifikasi yakni pada sintaks konvensional siswa tidak diberikan kesempatan
untuk berkreasi dengan apa yang sudah direncanakannya b erdasarkan
pengembangan tema/topik yang dirumuskan sendiri oleh siswa
Dengan
dilakukannya modifikasi ini diharapkan siswa dapat mengasah kemampuan
berpikir orisinil, detail dan lancar yang dimilikinya serta dapat berpendapat
sesuai dengan pemikirannya masing-masing.
|
||
Guru
memfasilitasi dan memonitor siswa dalam melaksanankan rancangan proyek
yang telah dibuat
|
Guru
memfasilitasi siswa dalam menciptakan ekperimen sederhana nya dengan
pernyataan-pernyataan yang telah disampaikan melalui masalah-masalah yang
timbul yang akan dirancang siswa itu sendiri.
|
-
|
|||
5
|
Menguji hasil
|
Improving
|
Alasan
dilakukannya modifikasi dikarenakan pada tahap ini siswa tidak hanya menguji
hasil tetapi melakukan improvisasi/modifikasi terhadap rancangan proyek yang
sudah mulai digarap sehingga jika terdapat irrelevansi akan diperbaiki.
Dengan
dilakukannya modifikasi diharapkan proyek yang dirancang sendiri oleh siswa
berjalan dan hasil yang dicapai sesuai target dan relevan dengan materi serta
dapat meningkatkan kemampuan siwa dalam berargumentasi.
|
||
Guru
memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan dan mempublikasikan karya
|
Guru
mengawasi dan mengarahkan setiap kegiatan siswa agar proyek yang dirancang
tidak melenceng dari tujuan pembelajaran awal
|
-
|
|||
Setiap
detail langkah dan alasan pemilihan langkah literatur serta tujuan yang ingin
dicapai selama proyek dilakukan dicatat dengan rinci pada LKPD dan akan di
persentasikan didepan kelas dengan percaya diri.
|
Berpikir
detail (elaborasi)
|
||||
6
|
Mengevaluasi pengalaman
|
Presenting
|
Alasan
modifikasi yakni pada tahap presenting banyak kegiatan yang dapat dilakukan
siswa dalam memunculkan dan meningkatkan kemampuan argumentasi seperti
mengomentari hsail kelompok lain, menyampaikan persepsinya dalam berdiskusi
dan menyimpulkan hasil proyek dan kaitannya dengan implikasi materi dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan
dilakukkannya modifikasi diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berargementasi
dengan pendapat sendiri serta memuaskan siswa untuk menyampaikan
masalahnya.
|
||
Guru dan
siswa pada akhir pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil
tugas proyek
|
Guru
memberikan siswa kesempatan untuk mempresentasikan dan mengemukakan
pendapatnya sendiri dengan menjawab masalah-masalah yang diberikan di awal
pembelajaran serta menyimpulkan sendiri pembenaran terkait pernyataan dan
bukti sudah dilakukan melalui proyej masing-masing terkait materi
sifat-sifat koloid.
|
Berpikir
orisinil dan lancar
|
|||
Guru memberikan
siswa kesempatan untuk mempertimbangkan
pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan
pendapatnya sendiri.
|
|||||
Guru memberikan siswa kesempatan berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya
dengan jelas kemudian siswa harus
menjelaskan mengapa ia harus memilih topik dalam pernyataan tersebut serta mengemukakan pula konsep-konsep dan
istilah-istilah yang tepat sesuai dengan studi literatur melalui pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan fakta dan informasi-informasi tersebut.
|
|||||
Guru dan siswa
melakukan refleksi dari hasil kerja siswa, menyampaikan kesimpulan
pembelajaran dan proyek per individu . Guru meluruskan miskonsepsi yang muncul selama
pembelajaran.
|
|||||
Guru
memberikan tugas/soal latihan berupa soal essay terstruktur mengenai proses
belajar dengan memberikan
masalah dan siswa yang memberikan alternatif pemecahan yang membutuhkan nalar
dan ide kreatif siswa dalam menjawab
|
1. Menurut anda apakah hasil inovasi saya sudah tepat untuk mengukur kemampuan berpikir siswa tersebut dalam argumentasi ?
2. Dalam tahap sintaks manakah yang perlu saya optimalisasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam argumentasi ?
3. Berikan kritik serta saran anda mengenai keseluruhan sintaksis model pembelajaran pjbl yang saya modifikasi!
Menurut saya disini sintaks yang saudari buat sudah baik, namun dampak kemampuan argumentasi nya belumterlihat jelas. Dimana argumentasi baik lisan maupun tulis selalu ada aspek Claim, Reasoning dan Evidence nah setiap siswa yang hanya beragurmentasi tapi tidak ada evidence dan tidak dikaitkan antara claim dan reasoning maka itu bukan argumentasi karena argumentasi yang sebenarnya setelah siswa menjawa siswa harus memaparkan teori yang mendukung lalu dikaitkan antara jawaban siswa dan teori misal pada saat proyek berjalan guru bertanya atau teman lain bertanya mengenai proyeknya "Kenapa mayoanise yang anda buat memiliki bentuk yang sangat cair?" Lalu claim dari si anak "Karena berdasarkan prosedur pembuatan mayonais seharusnya komposisinya seperti ini" didukung evidence "karena berdasarkan teori fase terdispersi mayonais adalah misal cair dan padat" Sehingga reasoningnya (pengkaitannya antara claim dan evidence) "maka dari fase mayonais terdispersinya adalah cair dan pendispersi adalah padat maka sesuai dengan yang kelompok kami sedemikian sehingga menghasilkan bentuk yang demikian". Nah seperti itulah contoh kemampuan argumentasi.
BalasHapussaya sependapat dengan fanny bahwa dampak kemampuan argumentasi nya belum terlihat jelas. Dimana argumentasi baik lisan maupun tulis selalu ada aspek Claim, Reasoning dan Evidence nah setiap siswa yang hanya beragurmentasi tapi tidak ada evidence dan tidak dikaitkan antara claim dan reasoning maka itu bukan argumentasi karena argumentasi yang sebenarnya setelah siswa menjawa siswa harus memaparkan teori yang mendukung lalu dikaitkan antara jawaban siswa dan teori misal pada saat proyek berjalan guru bertanya atau teman lain bertanya mengenai proyeknya
HapusMenurut saya perlu pengoptimalan pada tahap orientasi masalah. Harusnya guru menjelaskan fenomena fenomena atau masalah yg sedang terjadi pada dunia nyata yg ada kaitannu dgn materi. Nah nntinya siswa yang memunculkan pertanyan pertanyaan dan rasa keingin tahuan mereka bagaimana fenomena itu bise terjadi dan apa dampak dan manfaatmnya. Sehingga kemampuan siswa dalam berargumentasi pun akan muncul. Karena siswa di beri waktu untuk bebas dalam mengeluarkan jawaban yang di sertakan dengan bukti dan alasan yang logis dan jelas.
BalasHapusmenurut saya tahap sintaks yang perlu dioptimalisasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam argumentasi yaitu pada tahap presenting karena pada tahap ini Guru memberikan siswa kesempatan untuk mempresentasikan dan mengemukakan pendapatnya dengan menjawab masalah-masalah yang diberikan di awal pembelajaran serta menyimpulkan pembelajaran. disini guru dapat memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk dapat mengemukakan pendapatnya, walaupun membutuhkan banyak waktu namun dengan cara semua siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengemukan pendapatnya tersebut.
BalasHapussependapat dengan fira bahawa tahap sintaks yang perlu dioptimalisasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam argumentasi yaitu pada tahap presenting karena pada tahap ini Guru memberikan siswa kesempatan untuk mempresentasikan dan mengemukakan pendapatnya dengan menjawab masalah-masalah yang diberikan di awal pembelajaran serta menyimpulkan pembelajaran
Hapusberdasarkan sintak tersebut saya melihat belum terlihat claim. Kemampuan argumentasi menurut McNeill & Krajcik (2006) memuat aspek berupa claim, evidence dan reasoning.
BalasHapusClaim merupakan pernyataan yang menjawab permasalahan.
Evidence menurut Wilson, Taylor, Kowalski & Carlson, (2010) merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan.
Reasoning merupakan pembenaran terkait pernyataan dan bukti.
seandainya ada bagian mana dari sintak tersebut yang menunjukkan claim?
saya sependapat dengan saudari tri,,berdasarkan sintak tersebut saya melihat belum terlihat claim. Kemampuan argumentasi menurut McNeill & Krajcik (2006) memuat aspek berupa claim, evidence dan reasoning.
BalasHapusClaim merupakan pernyataan yang menjawab permasalahan.
Evidence menurut Wilson, Taylor, Kowalski & Carlson, (2010) merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan.
Reasoning merupakan pembenaran terkait pernyataan dan bukti. akan tetapi boleh kok diterapka meskipun tidak semuanya ditunjukkan. sebaiknya dimunculkan semuanya.
saya sependapat dengan tri dan dhani ,dalam sintaks yang rahmah buat belum menggambarkan indikator kemampuan argumentasi siswa belum spesifik dan jadi nantinya tidak akan bisa untuk melihat impactnya padahal kan materi koloid dekat dengan aktivitas sehari-hari siswa.
HapusMenurut saya inovasi ini sudah bisa menimbulkan kemampuan siswa dalam berargumentasi, saran saya untuk menilai/mengukur kemampuan siswa dalam berargumentasi kak wid bisa menggunakan instrumen berupa soal berbasis argumentasi.
BalasHapusUntuk permasalahan yang pertama menurut saya saya setuju dengan pendapat teman2 diatas, yaitu memang kemampuan beragumentasi kurang muncul di model pembelajaran pjbl, karna pada model ini kita lebih banyak melihat nilai psikomotor siswa dan sdkit waktu untuk beragumentasi yaitu pada saat diskusi akhir saja
BalasHapusSya sependapat dwngan kak melda mengenai permasalahan pertama yaitu "memang kemampuan beragumentasi kurang muncul di model pembelajaran pjbl, karna pada model ini kita lebih banyak melihat nilai psikomotor siswa dan sdkit waktu untuk beragumentasi yaitu pada saat diskusi akhir saja", sehingga kemampuan kreatifitasnya akn lebih banyak terlihat
Hapussaya setuju dengan teman" diatas dimana untuk kemampuan argumentasinya belum nampak, dan menurut saya sintaks nya yg dapat dioptimalisasi yaitu reasearchIng dan improving dimana pada sintaks Ini siswa dituntut untuk melakukan pencarian dan melakukan pembaruan dalam membuat proyek
BalasHapusMenurut saya dalam sintaks yang kak rahmah buat belum menggambarkan indikator kemampuan argumentasi siswa belum spesifik terlihat indikator claim nya namun sebenarnya sudah cukup baik
BalasHapus