Kamis, 06 Desember 2018

INOVASI SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN PJBL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN ARGUMENTASI

MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL)
            Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya sampai pada tingkatan ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak menyentuh aspek aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).  Ini berarti pada umumnya, pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk menerapkan, mengolah setiap unsur-unsur konsep yang dipelajariuntuk membuat (sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi (berpikir kritis) terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipelajarinya. Sementara itu, aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan.

            Di dalam pelaksanaannya, model pembelajaran berbasis proyek memiliki langkah-langkah (sintaks) yang menjadi ciri khasnya dan membedakannya dari model pembelajaran lain seperti model pembelajaran penemuan (discovery learning model) dan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning model). Adapun langkah-langkah itu adalah:
(1) menentukan pertanyaan dasar;
(2) membuat desain proyek;
(3) menyusun penjadwalan;
(4) memonitor kemajuan proyek;
(5) penilaian hasil;
(6) evaluasi pengalaman.


Sintak Pembelajaran Berbasis Proyek di uraikan berikut ini:

 1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalamdan topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik. 

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung penyelesaian proyek. 

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. 

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Proses monitoring dapat dilakukan dengan menggunakan rubrik untuk merekam keseluruhan aktivitas penting. 

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 

6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

            Model pembelajaran PJBL selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Tentu saja topik yang dipakai harus pula berhubungan dengan dunia nyata. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.
            Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knownledge) terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terakhir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi.
            Banyak sekali manfaat yang dapat diraih melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ini, misalnya:
(1) siswa menjadi pebelajar aktif;
(2) pembelajaran menjadi lebih interaktif atau multiarah;
(3) pembelajaran menjadi student centred);
(4) guru berperan sebagai fasilitator;
(5) mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa;
(6) memberikan kesempatan siswa memanajemen sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas sehingga melatih mereka menjadi mandiri;
(7) dapat memberikan pemahaman konsep atau pengetahuan secara lebih mendalam kepada siswa; dsb.


Definisi Kemampuan Argumentasi

Kata argumentasi berasal dari kata “argumen” yang bearti alasan. Argumentasi merupakan usaha yang dilakukan seseorang dalam menyampaikan suatu pendapat yang disertai fakta yang menguatkan pendapat tersebut. Menurut Siegel (1995) argumentasi memainkan peran penting dalam membangun penjelasan, model dan teori-teori. Kemampuan argumentasi memainkan peran utama dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta pemahaman terhadap permasalahan dan suatu gagasan.
Menurut Deane dan Song (2014), kemampuan argumentasi merupakan salah satu kemampuan berpikir yang paling kompleks dalam proses pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan argumentasi adalah untuk mengenalkan literasi sains yang menyiapkan siswa untuk bertanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat dan warga negara di masa depan.
Aspek pada Kemampuan Argumentasi
Kemampuan argumentasi menurut McNeill & Krajcik (2006) memuat aspek berupa claim, evidence dan reasoning. 
  1. Claim merupakan pernyataan yang menjawab permasalahan. 
  2. Evidence menurut Wilson, Taylor, Kowalski & Carlson, (2010) merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan. 
  3. Reasoning merupakan pembenaran terkait pernyataan dan bukti. 

Suatu argumen yang berkualitas harus mampu menghadirkan komponen tersebut dengan jelas dan logis. Komponen argumentasi dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran yang tepat. Selama proses pembelajaran, guru cenderung mendominasi kelas dengan mengajukan banyak pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengarahkan dan memberikan penjelasan materi, sehingga peserta didik kurang terlatih dalam berargumen. Pertanyaan yang diajukan guru hanya berupa pertanyaan yang membutuhkan jawaban singkat atau pertanyaan yang bersifat mengulang, sehingga kurang mengakomodasi kemampuan berpikir peserta didik.

 Berikut sintaksis model pembelajaran PJBL hasil modifikasi pada materi sifat-sifat koloid beserta alasan dan dampaknya bagi kemampuan argumentasi siswa :

No



No
Sintaks  model PJBL Konvensional
Sintaks PJBL Hasil modifikasi
(Inovasi)
Indikator Argumentasi

Alasan serta Dampak Inovasi Sintaks terhadap Kemampuan Argumentasi

1
Penentuan pertanyaan mendasar (Questioning)
Questioning
Alasan memodifikasi langkah ini karena pada sintaks konvensional kurang tergambar dengan rinci apa yang akan dilakukan siswa.

Dengan dilakukannya modifikasi diharapkan berdampak terhadap kemampuan argumentasi siswa

Guru bersama dengan siswa menentukan tema/topik proyek
Guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti kegiatan belajar dan melakukan review pembelajaran sub-bab sebelumnya
-

Guru memberikan motivasi  melalui contoh implikasi materi dalam kehidupan  sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi sifat-sifat koloid.
-

Guru memberikan siswa suatu masalah terkait materi secara singkat untuk mengacu siswa memberikan pernyataan yang menjawab permasalahan tersebut  kemudian mengumpulkan pernyataan-pernyataan siswa dari materi sifat-sifat koloid.
Memberikan pernyataan dari suatu masalah

Guru menginstruksikan siswa mencatat pernyataan-pernyataan yang dapat dibembuktikan dengan implikasi materi sifat-sifat koloid terhadap lingkungan maupun kehidupan sehari-hari
Berpikir detail (elaborasi)

Berpikir luwes

2
Mendesain perencanaan proyek
Planning
Alasan melakukan modifikasi pada langkah ini karena pada sintaks konvensional guru tekesan seperti hanya berperan sebagai fasilitator saja namun tidak terperinci fasilitator seperti apa dan bagaimana. Pada langkah hasil  modifikasi siswa bebas dalam merencanakan proyek apa yang dilakukan namun harus tetap dalam koridor relevan dengan materi dengan diawasi secara optimal oleh guru


Dengan dilakukannya modifikasi ini diharapkan dapat meningkat kemampuan berpikir lancar, detail dan orisinil siswa serta dapat mempertahankan pendapat sendiri.



Guru memfasilitasi siswa untuk merancang langkah kegiatan penyelesaian proyek
Pernyataan penting yang telah dirumuskan sebelumnya, selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah topik/tema dalam penyusunan proyek  yang akan dikerjakan.
Berpikir luwes, lancar, elaborasi, orisinil

Guru menginstruksikan siswa untuk melakukan studi literatur melalui pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan fakta dan informasi-informasi tersebut. Dengan mengetahui mengenai pernyataan yang akan dikemukakannya, serta mengetahui prinsip ilmiah yang mencakup pernyataan tadi, maka siswa dapat memperdalam masalah tersebut dengan proyek yang dilakukan . Dengan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan tadi . 
Berpikir lancar, luwes dan detail

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang sebaran kemampuan berpikirnya heterogen untuk nantinya menyusun proyek dengan konsep berbeda tiap kelompoknya
-

Guru memberikan LKPD yang  kegiatan siswanya masih kosong dan harus diisi sendiri oleh siswa sesuai dengan proyek apa yang akan mereka lakukan.
Berpikir detail

Guru mengawasi dan mengarahkan setiap kegiatan siswa agar proyek yang dirancang tidak melenceng dari tujuan pembelajaran awal
-

3
Menyusun jadwal
Researching
Alasan modifikasi yakni pada sintaks konvensional peran guru dan siswa terlalu umum dan tidak terperinci

Dengan dlikakukannya modifikasi diharapkan kesematan yang diberikan guru untuk siswa berliterasi dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir detail, lancar, luwes dan orisinil sehingga hasil karya proyek memiliki ciri khas tersendiri (unik)

Guru memberikan pendampingan  kepada siswa melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancang
Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk siswa bertanya dan mengeluarkan pendapat mengenai proyek yang dilakukan.
Berargumentasi luwes dan detail

Guru mengawasi dan mengarahkan setiap kegiatan siswa agar proyek yang dirancang tidak melenceng dari tujuan pembelajaran awal
-

4
Memonitor siswa dan kemajuan proyek
Creating
Alasan modifikasi yakni pada sintaks konvensional siswa tidak diberikan kesempatan untuk berkreasi dengan apa yang sudah direncanakannya b erdasarkan pengembangan tema/topik yang dirumuskan sendiri oleh siswa


Dengan dilakukannya modifikasi ini diharapkan siswa dapat mengasah kemampuan berpikir orisinil, detail dan lancar yang dimilikinya serta dapat berpendapat sesuai dengan pemikirannya masing-masing.

Guru memfasilitasi dan memonitor siswa  dalam melaksanankan rancangan proyek yang telah dibuat
Guru memfasilitasi siswa dalam menciptakan ekperimen sederhana nya dengan pernyataan-pernyataan yang telah disampaikan melalui masalah-masalah yang timbul yang akan dirancang siswa itu sendiri.
-

5
Menguji hasil
Improving
Alasan dilakukannya modifikasi dikarenakan pada tahap ini siswa tidak hanya menguji hasil tetapi melakukan improvisasi/modifikasi terhadap rancangan proyek yang sudah mulai digarap sehingga jika terdapat irrelevansi akan diperbaiki.



Dengan dilakukannya modifikasi diharapkan proyek yang dirancang sendiri oleh siswa berjalan dan hasil yang dicapai sesuai target dan relevan dengan materi serta dapat meningkatkan kemampuan siwa dalam berargumentasi.

Guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan dan mempublikasikan karya
Guru mengawasi dan mengarahkan setiap kegiatan siswa agar proyek yang dirancang tidak melenceng dari tujuan pembelajaran awal
-

Setiap detail langkah dan alasan pemilihan langkah literatur serta tujuan yang ingin dicapai selama proyek dilakukan dicatat dengan rinci pada LKPD dan akan di persentasikan didepan kelas dengan percaya diri.
Berpikir detail (elaborasi)
6
Mengevaluasi pengalaman
Presenting
Alasan modifikasi yakni pada tahap presenting banyak kegiatan yang dapat dilakukan siswa dalam memunculkan dan meningkatkan kemampuan argumentasi seperti mengomentari hsail kelompok lain, menyampaikan persepsinya dalam berdiskusi dan menyimpulkan hasil proyek dan kaitannya dengan implikasi materi dalam kehidupan sehari-hari.



Dengan dilakukkannya modifikasi diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berargementasi dengan pendapat sendiri serta memuaskan siswa untuk menyampaikan masalahnya.

Guru dan siswa pada akhir pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek
Guru memberikan siswa kesempatan untuk mempresentasikan dan mengemukakan pendapatnya sendiri dengan menjawab masalah-masalah yang diberikan di awal pembelajaran serta menyimpulkan sendiri pembenaran terkait pernyataan dan bukti sudah dilakukan melalui proyej masing-masing terkait materi sifat-sifat koloid.
Berpikir orisinil dan lancar

Guru memberikan siswa kesempatan untuk mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri.


Guru memberikan siswa kesempatan  berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas kemudian siswa  harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik dalam pernyataan tersebut serta  mengemukakan pula konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat sesuai dengan studi literatur melalui pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan fakta dan informasi-informasi tersebut. 


Guru dan siswa melakukan refleksi dari hasil kerja siswa, menyampaikan kesimpulan pembelajaran dan proyek per individu . Guru meluruskan miskonsepsi yang muncul selama pembelajaran.


Guru memberikan tugas/soal latihan berupa soal essay terstruktur mengenai proses belajar dengan memberikan masalah dan siswa yang memberikan alternatif pemecahan yang membutuhkan nalar dan ide kreatif siswa dalam menjawab





1. Menurut anda apakah hasil inovasi saya sudah tepat untuk mengukur kemampuan berpikir siswa tersebut dalam argumentasi ?

2. Dalam tahap sintaks manakah yang perlu saya optimalisasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam argumentasi ?
3. Berikan kritik serta saran anda mengenai keseluruhan sintaksis model pembelajaran pjbl yang saya modifikasi!


13 komentar:

  1. Menurut saya disini sintaks yang saudari buat sudah baik, namun dampak kemampuan argumentasi nya belumterlihat jelas. Dimana argumentasi baik lisan maupun tulis selalu ada aspek Claim, Reasoning dan Evidence nah setiap siswa yang hanya beragurmentasi tapi tidak ada evidence dan tidak dikaitkan antara claim dan reasoning maka itu bukan argumentasi karena argumentasi yang sebenarnya setelah siswa menjawa siswa harus memaparkan teori yang mendukung lalu dikaitkan antara jawaban siswa dan teori misal pada saat proyek berjalan guru bertanya atau teman lain bertanya mengenai proyeknya "Kenapa mayoanise yang anda buat memiliki bentuk yang sangat cair?" Lalu claim dari si anak "Karena berdasarkan prosedur pembuatan mayonais seharusnya komposisinya seperti ini" didukung evidence "karena berdasarkan teori fase terdispersi mayonais adalah misal cair dan padat" Sehingga reasoningnya (pengkaitannya antara claim dan evidence) "maka dari fase mayonais terdispersinya adalah cair dan pendispersi adalah padat maka sesuai dengan yang kelompok kami sedemikian sehingga menghasilkan bentuk yang demikian". Nah seperti itulah contoh kemampuan argumentasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan fanny bahwa dampak kemampuan argumentasi nya belum terlihat jelas. Dimana argumentasi baik lisan maupun tulis selalu ada aspek Claim, Reasoning dan Evidence nah setiap siswa yang hanya beragurmentasi tapi tidak ada evidence dan tidak dikaitkan antara claim dan reasoning maka itu bukan argumentasi karena argumentasi yang sebenarnya setelah siswa menjawa siswa harus memaparkan teori yang mendukung lalu dikaitkan antara jawaban siswa dan teori misal pada saat proyek berjalan guru bertanya atau teman lain bertanya mengenai proyeknya

      Hapus
  2. Menurut saya perlu pengoptimalan pada tahap orientasi masalah. Harusnya guru menjelaskan fenomena fenomena atau masalah yg sedang terjadi pada dunia nyata yg ada kaitannu dgn materi. Nah nntinya siswa yang memunculkan pertanyan pertanyaan dan rasa keingin tahuan mereka bagaimana fenomena itu bise terjadi dan apa dampak dan manfaatmnya. Sehingga kemampuan siswa dalam berargumentasi pun akan muncul. Karena siswa di beri waktu untuk bebas dalam mengeluarkan jawaban yang di sertakan dengan bukti dan alasan yang logis dan jelas.

    BalasHapus
  3. menurut saya tahap sintaks yang perlu dioptimalisasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam argumentasi yaitu pada tahap presenting karena pada tahap ini Guru memberikan siswa kesempatan untuk mempresentasikan dan mengemukakan pendapatnya dengan menjawab masalah-masalah yang diberikan di awal pembelajaran serta menyimpulkan pembelajaran. disini guru dapat memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk dapat mengemukakan pendapatnya, walaupun membutuhkan banyak waktu namun dengan cara semua siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengemukan pendapatnya tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapat dengan fira bahawa tahap sintaks yang perlu dioptimalisasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam argumentasi yaitu pada tahap presenting karena pada tahap ini Guru memberikan siswa kesempatan untuk mempresentasikan dan mengemukakan pendapatnya dengan menjawab masalah-masalah yang diberikan di awal pembelajaran serta menyimpulkan pembelajaran

      Hapus
  4. berdasarkan sintak tersebut saya melihat belum terlihat claim. Kemampuan argumentasi menurut McNeill & Krajcik (2006) memuat aspek berupa claim, evidence dan reasoning.
    Claim merupakan pernyataan yang menjawab permasalahan.
    Evidence menurut Wilson, Taylor, Kowalski & Carlson, (2010) merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan.
    Reasoning merupakan pembenaran terkait pernyataan dan bukti.
    seandainya ada bagian mana dari sintak tersebut yang menunjukkan claim?

    BalasHapus
  5. saya sependapat dengan saudari tri,,berdasarkan sintak tersebut saya melihat belum terlihat claim. Kemampuan argumentasi menurut McNeill & Krajcik (2006) memuat aspek berupa claim, evidence dan reasoning.
    Claim merupakan pernyataan yang menjawab permasalahan.
    Evidence menurut Wilson, Taylor, Kowalski & Carlson, (2010) merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan.
    Reasoning merupakan pembenaran terkait pernyataan dan bukti. akan tetapi boleh kok diterapka meskipun tidak semuanya ditunjukkan. sebaiknya dimunculkan semuanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan tri dan dhani ,dalam sintaks yang rahmah buat belum menggambarkan indikator kemampuan argumentasi siswa belum spesifik dan jadi nantinya tidak akan bisa untuk melihat impactnya padahal kan materi koloid dekat dengan aktivitas sehari-hari siswa.

      Hapus
  6. Menurut saya inovasi ini sudah bisa menimbulkan kemampuan siswa dalam berargumentasi, saran saya untuk menilai/mengukur kemampuan siswa dalam berargumentasi kak wid bisa menggunakan instrumen berupa soal berbasis argumentasi.

    BalasHapus
  7. Untuk permasalahan yang pertama menurut saya saya setuju dengan pendapat teman2 diatas, yaitu memang kemampuan beragumentasi kurang muncul di model pembelajaran pjbl, karna pada model ini kita lebih banyak melihat nilai psikomotor siswa dan sdkit waktu untuk beragumentasi yaitu pada saat diskusi akhir saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sya sependapat dwngan kak melda mengenai permasalahan pertama yaitu "memang kemampuan beragumentasi kurang muncul di model pembelajaran pjbl, karna pada model ini kita lebih banyak melihat nilai psikomotor siswa dan sdkit waktu untuk beragumentasi yaitu pada saat diskusi akhir saja", sehingga kemampuan kreatifitasnya akn lebih banyak terlihat

      Hapus
  8. saya setuju dengan teman" diatas dimana untuk kemampuan argumentasinya belum nampak, dan menurut saya sintaks nya yg dapat dioptimalisasi yaitu reasearchIng dan improving dimana pada sintaks Ini siswa dituntut untuk melakukan pencarian dan melakukan pembaruan dalam membuat proyek

    BalasHapus
  9. Menurut saya dalam sintaks yang kak rahmah buat belum menggambarkan indikator kemampuan argumentasi siswa belum spesifik terlihat indikator claim nya namun sebenarnya sudah cukup baik

    BalasHapus