Kamis, 04 Oktober 2018

Landasan Filosofis Pengambangan Kurikulum

Pengertian Filsafat
Filsafat menurut bahasa
     Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “philos” dan “sophia”. Philos, artinya cinta yang mendalam, dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dari arti harfiah ini, Filsafat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan.
Filsafat menurut para ahli :
  1. Plato. Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
  2. Driyakarya. Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan
  3. Al Farabi. Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
     Jadi dapat disimpulkan bahwa :
Filsafat adalah pandangan hidup yang sebelumnya telah direnungkan dan difikirkan baik berdasarkan pengalaman, tragedi alam ataupun pemahan setiap individu yang diyakini kebenarannya.
Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan
     Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek pendidikan. Sebagaimana telah Anda pahami, dalam pendidikan mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.
     Melalui studi pendidikan antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan.
Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.
Peranan Landasan Filosofis Pendidikan
     Peranan landasan filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak pada kaidah metafisika, epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi dalam filsafat pendidikan.
Fungsi Landasan Pendidikan
Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, benar dan baik, relatif tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan, sehingga praktek pendidikan menjadi efisien, efektif, dan relevan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan pembangunan.
Landasan pendidikan akan berfungsi sebagai titik tolak atau tumpuan bagi para guru dalam melaksanakan praktek pendidikan.
Filosofis sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum
     Filsafat memegang peranan penting dalam penyusunan & pengembangan kurikulum. Sama halnya dalam Filsafat Pendidikan, dikenal ada beberapa aliran filsafat, diantaranya perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme.
1.  Perenialisme
Perenial berarti “abadi” , aliran ini beranggapan bahwa beberapa gagasan telah bertahan selama berabad – abad dan masih relevan saat ini seperti pada saat gagasan tersebut baru ditemukan. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2.  Essensialisme
Aliran filsafat essensialisme adalah suatu paham yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan yang lama , merujuk kepada pendidikan bersifat “tradisional” atau “back to basics” aliran ini dinamakan demikian karena filsafat ini berupaya menanamkan pada anak didik hal – hal “essensial” dari pengetahuan akademik dan perkembangan karakterEssensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains, dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3.  Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan paham yang berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas/kreatif , seseorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran itu bersifat relative, dan karenanya itu masing – masing individu bebas menetukan mana yang benar atau salah . Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan: Bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
4.  Progresivisme
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5.  Rekonstruktivisme
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
Jadi dapat disimpulkan bahwa :
Dalam konteks ini filosofi berperan sebagai sudut pandang pemikiran-pemikiran yang diterapkan pada proses dan pelaksanaan pemecahan masalah pendidikan, serta dijadikan salah satu dasar penentuan rencana dan konsep kurikulum agar tercapai segala cita-cita dan tujuan sebagai kontent dari kurikulum yang dibuat
Di Indonesia sendiri acuan filosofis mengacu pada pancasila sebagai landasan dominan dari segala perncanaan kurikulum
Pada hakikatnya kurikulum merupakan alur atau tahapan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan berpikir. Landasan filsafat tertentu beserta konsep-konsepnya yang meliputi konsep metafisika, epistomologi, logika da aksiologi akan berimplikasi terhadap konsep-konsep pendidikan yang meliputi rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode pendidikan, peranan pendidikan dan peserta didik.
Berdasarkan luas lingkup yng menjadi objek kajiannya, filsafat dapat dibagi dalam dua cabang besar, yaitu filsafat umum atau filsafat murni dan filsafat khusus atau terapan, sedangkan filsafat umum juga terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu :
·      Metafisika (Ontologi), membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi metafisika umum atau ontology, dan metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta), teologi (hakikat ketuhanan) dan antropologi filsafat (hakikat manusia).
·      Epistemologi dan logika, membahas hakikat pengetahuan (sumber pengetahuan, metode mencari pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan) dan hakikat penalaran (deduktif dan induktif).
·      Aksiologi, membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya etika (hakikat kebaikan), dan estetika (hakikat keindahan).
Adapun cabang – cabang filsafat khusus atau terapan, pembagiannya didasarkan pada kekhususan objeknya antara lain : filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat ilmu, filsafat religi, filsafat moral, dan filsafat pendidikan. 


Landasan Ontologi
Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Dari aliran ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu : (1) aliran Materialisme; (2) aliran Idealisme; (3) aliran Dualisme; (4) aliran Agnoticisme.
Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam persolan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin adalah realitas; realita adalah ke-real-an, riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologis berasal dari perkataan Yunani; On = being, dan logos = logic. Jadi ontologi adalah the theory of being qua being ( teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Sedangkan pengertian ontologis menurut istilah , sebagaimana dikemukakan oleh S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Prespektif mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Sementara itu, A. Dardiri dalam bukunya Humaniora, filsafat, dan logika mengatakan, ontologi adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal, abstraksi) dapat dikatakana ada; dalam kerangka tradisional ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.

Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metrafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi.
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.
Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :
1.      Monoisme
a.       Materialisme
b.       Idealisme
2.      Dualisme
3.      Pluralisme
4.      Nihilisme
5.      Agnotisisme


Permasalahan :
1.Seperti yg kita ketahui, dalam pendidikan ada beberapa aliran yang melandasi penyusunan dan pengembangan kurikulum, diantaranya perenialisme, esensialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme, menurut anda secara ontologi, manakah yang paling cocok di terapkan di indonesia?
2.Bagaimana pendapat anda secara filosofis mengenai pernyataan bahwa " transfer pengetahuan, keterampilan, sikap dari guru lebih penting daripada pengembangan inisiatif siswa dalam belajar" ?

13 komentar:

  1. menurut saya, untuk pertanyaan pertama,yg cocok adalah Aliran filsafat essensialisme. dimana seperti yang anda jelaskan adalah suatu paham yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan yang lama , merujuk kepada pendidikan bersifat “tradisional” atau “back to basics” aliran ini dinamakan demikian karena filsafat ini berupaya menanamkan pada anak didik hal – hal “essensial” dari pengetahuan akademik dan perkembangan karakter. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains, dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu. seperti yang kita tahu, bahwa di zaman ini, anak muda kita lebih suka dengan kebudayaan luar dan kurang berminat dalam melestarikan budaya indonesia. nah, jika aliran essensialisme ini diterapkan di Indonesia, maka ada keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam membentuk kepribadian bangsa.

    BalasHapus
  2. untuk soal nomor 1 saya memilih progresivisme dan konstruktivisme.
    Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
    Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
    ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. karena ontologi merupakan suatu proses yang harus membangun dalam suatu pembelajaran, makanya saya memilih itu

    BalasHapus
  3. menurut saya untuk permasalahan yang kedua mengapa penting transfer pengetahuan, keterampilan, sikap dari guru lebih penting daripada pengembangan inisiatif siswa" karena Transfer pengetahuan merupakan sebuah konsep berbagi informasi, transfer pengetahuan merupakan proses belajar suatu kelompok masyarakat berdasarkan pengalamannya, dalam proses transfer pengetahuan terdapat proses penciptaan pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang saat menjadikan sebuah informasi sebagai pengetahuan sedangkan untuk pengembangan inisiatif siswa terbilang sulit jika dikaji dari perbedaan karakter siswa, yang mana siswa memiliki motivasi yang berbeda", kepercayaan diri yang berbeda", cara pembelajaran yang berbeda" dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat esa bahwa sangat penting jika guru dapat mentransfer pengetahuan, keterampilan kepada siswa hanya saja jiak terus menerus siswa menunggu inisiasi dari guru maka siswa tidak akan bisa berkembang dan berkompetitif. sebaiknya guru tidak hanya mentransfer tetapi membantu untuk menkonstruk serta mengakomodasi pengetahuan yang telah ditransfer sehingga siswa dapat terinisiasi secara natural

      Hapus
  4. Untuk pertanyaan nomor satu, saya lebih memilih tiga aliran yaitu Essensialisme, Progresivisme, Kontruktivisme. Dalam Kurikulum terbaru yakni K13.
    Essensialisme adalah suatu paham yang menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.
    Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
    Kontruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
    Sehingga diharapkan dari penerapan aliran itu agar terbentuk suatu pendidikan dengan peserta didik yang selalu aktif dalam belajar dan tidak lagi hanya menghafal konsep atau teori meliankan bagaimana memecahkan suatu masalah dan berpikir secara kritis (C4) lalu diperlukannya peserta didik yang belajar dari sejarah masa lalu dan dibutuhkan keterampilan agar peserta didik tidak kalah saing antar sesama peserta didik lain.

    BalasHapus
  5. menjawab permasalahan pertama, Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
    Dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
    berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa indonesia sekarang lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan saudari rini, bahwa indonesia sekarang lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu. karena di indonesia interaksi antar peserta didik sangat menonjol

      Hapus
    2. saya sependapat dengan teman-teman bahwa Dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.

      Hapus
  6. Saya akan menjawab permasalahan yang kedua,
    transfer pengetahuan, keterampilan, sikap dari guru lebih penting daripada pengembangan inisiatif siswa dalam belajar"
    Menurut saya untuk anak milenial ini dengan motivasi belajar yang berbeda-beda bahkan bisa dikatakan menurun, keduanya saling berkesinambungan, artinya penting memang transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap dari guru karena setiap apapun yang disampaikan oleh guru siswa mudah memastikan bahwa itu adalah benar,
    Namun siswa berinisiatif belajar mandiri juga penting karna dengan adanya inisiatif artinya minat belajar tinggi proses memperoleh ilmu lebih banyan daripada hanya pengetahuan dari guru, hanya saja siswa bisa menjadi bingung dengan banyaknya pendapat bisa jadi siswa belum mampu menentukan mana yang benar atau mana yang bisa digunakan,
    Sehingga inisiatif siswa tetap tidak terlepas dari bimbingan dan transfer pengetahuan dari guru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat dengan kak melda menurut saya transfer pengetahuan, keterampilan, sikap dari guru lebih penting daripada pengembangan inisiatif siswa dalam belajar. H
      Kedua hal ini saling berkesinambungan di karenakan siswa terlebih dahulu akan meniru apa yg di lihatnya yaitu perilaku gurunya, bila gurunya dapat memberikan perilaku positif tentu siswa akan berprilaku positif pula dan sebaliknya. Bila perilaku postif ini telah tertanam pada karakter siswa maka tentu inisiatif ia untuk belajar pun akan meningkat

      Hapus
  7. Menurut dian aliran yang cocok di indonesia yaitu aliran rekonstruktivisme yaitu merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme dimana aliran progresivisme yaitu melayani perbedaan individual yang berpusat pada pserta didik,variasi pengalaman belajar dan proses. Dan aliran ini merupakan pengembangan belajar peserta didik aktif.
    Maka aliran rekostruktivisme yaitu peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disamping menekankan pada perbedaan individual rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah,berpikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berpikir kritis, memecahkan masalah dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses. Maka aliran yang cocok di pakai adalah aliran rekontruktivisme.

    BalasHapus
  8. sependapat dengan dian bahwa aliran yang cocok di indonesia yaitu aliran rekonstruktivisme yaitu merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme dimana aliran progresivisme yaitu melayani perbedaan individual yang berpusat pada pserta didik,variasi pengalaman belajar dan proses. Dan aliran ini merupakan pengembangan belajar peserta didik aktif.
    Maka aliran rekostruktivisme yaitu peradaban manusia masa depan sangat ditekankan.

    BalasHapus
  9. saya sependapat dengan Kak Nelly yaitu "aliran yang cocok di indonesia yaitu aliran rekonstruktivisme yaitu merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme dimana aliran progresivisme yaitu melayani perbedaan individual yang berpusat pada pserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Dan aliran ini merupakan pengembangan belajar peserta didik aktif.
    Maka aliran rekostruktivisme yaitu peradaban manusia masa depan sangat ditekankan".

    BalasHapus