Kamis, 08 November 2018

Tren Internet of Thing dalam Pembelajaran


Internet of Thing (IoT) atau M2M awalnya disarankan oleh Kevin Ashton pada tahun 1999 dan mulai terkenal melalui Auto-ID Center di MIT. Pada prinsipnya Internet of Things adalah benda-benda yang ditempeli suatu alat sehingga saling terhubung. Yang dimaksud benda-benda di sini (things) adalah apa saja termasuk alat rumah tangga, kendaraan, bahkan hewan peliharaan yang ditempeli suatu alat. Dan alat yang dimaksud di sini bisa berupa sensor, perangkat lunak dan sambungan ke Internet.

Tapi mengapa mesti terhubung satu sama lainnya? Dengan membuatnya terhubung suatu alat dapat dimanfaatkan dengan lebih besar. Misalnya suatu CCTV yang bisa diakses melalui handphone di mana saja akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan CCTV yang hanya bisa dioperasikan di ruang tertentu. Dengan terhubungnya CCTV ke jaringan Internet, maka kita bisa membangun konsep smart city seperti yang dikembangkan di kota Jakarta.

IoT adalah konsep yang dirancang dengan tujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus dan dirancang memiliki kemampuan seperti untuk berbagi data dan remote control. IoT mengacu pada benda yang dapat diidentifikasi secara unik (memiliki ciri-ciri yang unik agar dapat dibedakan dengan benda-benda lain) sebagai representasi virtual dalam struktur berbasis internet. Sederhananya IoT adalah konsep yang dirancang dimana suatu objek berkemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer secara real-time. Sejauh ini konsep IoT erat kaitannya dengan komunikasi machine to machine (M2M) di bidang manufaktur, listrik, perminyakan, dan gas. Produk-produk yang dibangun dengan kemampuan komunikasi M2M sering disebut sebagai sistem cerdas (smart), contohnya adalah smart label, smart home, dan smart grid sensor.

Digagasnya Internet of Things (IoT) merupakan hasil dari pemikiran dan keadan dimana pada era sekarang, manusia dan komputer hampir tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan setiap manusia akan internet untuk mengakses segala informasi yang dibutuhkan sehari-hari mulai dari kebutuhan untuk pendidikan, bekerja, atau untuk kegiatan sosial. Dengan kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan beragam dengan hadirnya internet maka data-data yang dibutuhkan pun semakin banyak dan teknologi pun dituntut untuk terus berkembang dan mudah untuk diakses sesuai dengan permintaan para pengguna. Sekarang ini IoT atau M2M semakin menjamur karena didorong oleh berbagai hal seperti bermunculannya komponen pendukung IoT (microchips, layanan cloud, GPS, dll), kebutuhan yang meningkat, keanekaragaman perangkat yang semakin meluas, solusi komunilasi M2M semakin mudah, dan kemajuan dunia software.

Cara kerja dari Internet of Things (IoT) yaitu dengan memanfaatkan sebuah argumentasi pemrograman dimana tiap perintah argumen akan menghasilkan sebuah interaksi antara sesama mesin yang terhubung secara otomatis dalam jarak berapa pun karena menggunakan internet sebagai penghubung antara kedua interaksi mesin tersebut dan manusia hanya mengatur dan mengawasi kinerja alat tersebut secara langsung. Dalam mengkonfigurasi IoT ini terdapat tantangan terbesar yaitu diharuskan menyusun jaringan komunikasi sendiri yang sangat kompleks sehingga diperlukan sistem keamanan yang sangat ketat karena rentan akan adanya hacker dengan data yang seluruhnya berada pada sistem serta diperlukan akses internet dan instalasi listrik yang baik karena sistem diharuskan dalam kondisi online secara terus-menerus.

Terdapat 3 karakteristik dan tren dari Internet of Things (IoT) yaitu :

1. Kecerdasan

Konsep asli dari IoT adalah kecerdasan intelejensi dan kontrol otomatis. Namun, hal ini masih memerlukan riset lebih lanjut agar di era mendatang IoT dapat menjadi jaringan terbuka dan semua perintah dilakukan otomatis, terorganisir, objek virtual dapat dioperasikan dengan mudah, independen sesuai dengan konteks atau situasi atau lingkungan.

2. Arsitektur

IoT memiliki arsitektur pada jaringan dan sistem yang kompleks serta keamanan yang ketat, apabila ketiga hal tersebut tercapai maka kontrol otomatis dalam IoT dapat berjalan baik dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Sehingga banyak perusahan yang akan mendapatkan profit (revenue) atas hadirnya teknologi IoT.

3. Faktor ukuran, waktu, dan ruang

Dalam pembangunan IoT, engineer harus memperhatikan faktor ukuran, waktu, dan ruang. Faktor waktu merupakan faktor yang biasanya menjadi kendala karena diperlukan waktu yang lama dalam menyusun jaringan kompleks dalam IoT yang tidak mudah ini dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang.

Teknologi pengimplementasian Internet of Things (IoT) atau M2M adalah dalam pengidentifikasian suatu objek (benda, manusia, hewan, atau tumbuhan) secara virtual di dunia maya atau internet dan dikelola secara efisien dengan bantuan komputer yang dapat dilakukan dengan beberapa teknologi seperti :
1. Kode batang (barcode)
Kode batang atau barcode adalah adalah suatu kumpulan data optik yang dapat dibaca oleh alat scannernya. Kode batang pada awalnya digunakan untuk otomatisasi pemeriksaan barang di swalayan dan hingga saat ini kode batang (tipe UPC (Universal Price Codes)) kebanyakan masih digunakan untuk hal tersebut. Prinsip kerja kode batang sangatlah sederhana, yaitu ketika kode batang didekatkan pada scanner atau pemindainya, maka scannernya akan memancarkan cahaya dan mengidentifikasi informasi atau kode yang ada pada kode batang tersebut. Keuntungan menggunakan kode ini adalah proses input data lebih cepat, lebih tepat, dan lebih akurat mencari data, mengurangi biaya, serta peningkatan kinerja manajeman
2. Kode QR (QR code)
Kode QR adalah suatu kode batang dua dimensi yang dikembangkan oleh Denso Wave, salah satu divisi pada Denso Corporation yang merupakan perusahaan jepang. Sesuai namanya Kode QR (Quick Response) diciptakan untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan mendapatkan respons yang cepat pula. Berbeda dengan kode batang, yang hanya menyimpan informasi secara horizontal, kode QR mampu menyimpan informasi secara horizontal dan vertikal, oleh karena itu secara otomatis Kode QR dapat menampung informasi yang lebih banyak daripada kode batang. Pada zaman sekarang ini kode QR banyak digunakan sebagai alat penaut fisik yang dapat menyimpan alamat dan URL, nomer telepon, teks dan sms yang dapat digunakan pada majalah, surat harian, iklan, pada tanda-tanda bus, kartu nama ataupun media lainnya. Atau dengan kata lain sebagai penghubung secara cepat konten daring (dalam jaringan/online) dan konten luring (luar jaringan/offline). Kehadiran kode ini memungkinkan semua orang berinteraksi dengan media yang ditempeli oleh kode QR, melalui ponsel secara efektif dan efisien. Semua orang juga dapat menghasilkan dan mencetak sendiri kode QR, sehingga orang lain dapat dengan mudah mengakses alamat URL ataupun segala informasi yang disimpan oleh kode QR tersebut.
3. Identifikasi frekuensi radio (RFID)
RFID merupakan salah satu teknologi implementasi dari Internet of Things. Secara singkatnya, RFID adalah sebuah metode identifikasi secara otomatis dengan menggunakan suatu piranti yang disebut RFID tag atau transponde. Pada zaman modern sekarang ini, RFID merupakan teknologi yang sudah umum (banyak digunakan), dikarenakan kegunaan dan efisiensinya dalam mendukung segala aktivitas kehidupan manusia. Baik pada sektor produksi, distribusi maupun konsumsi. Hal ini dikarenakan label atau kartu RFID adalah sebuah benda yang bisa dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Sehingga memudahkan penggunanya untuk mendata (mengetahui jumlah maupun keberadaan atau lokasi) barang yang dimilikinya tersebut. Prinsip kerja RFID sangatlah sederhana yaitu RFIDtag (label RFID) memuat informasi dalam bentuk elektronik dan ketika bertemu dengan RFIDreadernya, informasi itu akan dikirimkan ke RFIDreader dalam bentuk gelombang radio (makanya disebut Radio Frequensi Identifity). Sehingga benda tersebut dapat teridentifikasi oleh RFIDreadernya.

Salah satu contoh Aplikasi IOT dalam ruang kelas adalah sebagai berikut.
  • Berdasarkan jurnal Dhika (2017) mengenai Penerapan Internet Of Things dalam Ruang Kelas menjelaskan bahwa banyak sekali peralatan yang sebenarnya dapat dipasangkan pada kelas sebagai ruang belajar pada mahasiswa, salah satu diantaranya adalah hal umum yang sudah ada yakni whiteboard, infocus atau proyektor, thermometer suhu ruang, air conditioner (AC), meja belajar dan kursinya. Seluruh peralatan ini dapat dipasangkan dengan sensor dan dan dapat berguna untuk kegiatan pembelajaran didalam kelas. Alat umum yang biasanya digunakan oleh seorang pengajar dalam menyampakan bahan ajar melalui whiteboard atau papan tulis putih. Saat ini implementasi IoT pada papan tulis putih dapat dikembangan dengan berbagai cara dimana konsep konvensional, dosen atau pengajar menulis di whiteboard lalu mahasiswa mencatat apa yang telah ditulis. Tentunya hal ini membutuhkan waktu atau proses yang lebih lama sebelum IoT memasuki pola pembelajaran dikelas. Jika IoT diterapkan dalam whiteboard maka yang terjadi adalah papan tulis, jika ditulis oleh dosen, akan dapat langsung memancarkan gelombang wifi yang akan tampil langsung hasilnya pada laptop mahasiswa atau pada handphone mahasiswa, tentunya tidak perlu mencatat ulang apa yang telah di tulis atau disampaikan oleh dosen. Seluruh percakapan tentang materi pembelajaran akan terekam dalam whiteboard dan dikemas dalam data serta akan terkirim melalui wifi atau internet dalam kelas ke handphone mahasiswa. Hal ini tentunya sangat memudahkan mahasiswa dan pengajar jika lupa atau perlu mempelajari kembali apa yang telah diajarkan atau disampaikan oleh dosen maka akan mudah mengingat hanya dengan melihat kembali materi atau video yang disampaikan.
  • Dunia pendidikan Indonesia mendapatkan angin segar dengan dimulainya penerapan Internet Of Things dan ekosistem digital dalam mendukung peningkatan pendidikan bangsa. Inisiatif ini dilakukan Indosat Ooredoo yang melakukan kemitraan dengan Hasri Ainun Habibie ORBIT Foundation dan CREATE Foundation. Penerapan Internet Of Things dilakukan dengan implementasi platform CREATE CyberSchool With IoT (Internet of Things) berbasis cloud di 65 sekolah percontohan yang tersebar di lima wilayah Indonesia yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku – Papua. Adapun CREATE CyberSchool With IoT (Internet of Things) merupakan platform belajar berbasis cloud yang dikembangkan CREATE Foundation untuk memberikan sebuah sarana pembelajaran yang berkualitas bagi setiap siswa di seluruh Indonesia di manapun mereka berada dengan memanfaatkan teknologi digital. IoT (Internet of Things) merupakan fenomena baru pada abad 2I, dan penerapan Internet Of Things ini nantinya akan mengubah pola interaksi, komunikasi dan pendidikan di masyarakat luas.

Keuntungan atau manfaat dari Internet of Things (IoT) adalah : 
  1. Pekerjaan yang kita lakukan menjadi cepat, mudah, dan efisien. 
  2. Dapat mendeteksi pengguna dimanapun berada. 
  3. Informasi yang diberikan kepada pengguna merupakan informasi yang real-time atau pada waktu yang sebenarnya. 
  4. Layanan cloud memungkinkan koneksi ke seluruh client tidak terbatas. 
  5. Proses monitoring akan aspek-aspek yang dituju menjadi lebih mudah, otomatis, dan semakin pintar. 
  6. Proses monitoring dapat dilakukan secara otomatis tanpa mengenal jarak karena berbasis internet. 
  7. Dapat mendeteksi dengan cepat mengenai adanya anomali data, akses, atau keadaan yang terjadi sebagai penyebab kebocoran data. 
Kerugian dari Internet of Things (IoT) adalah :
  1. Keamanan perangkat berbasis IoT rentan akan peretasan karena banyak perangkat yang tidak terenkripsi atau enkripsinya tidak memadai. 
  2. Privasi data dari para pengguna menjadi masalah karena seluruh data disimpan dalam satu server yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk mengakses jaringan baik pengguna maupun bukan pengguna jaringan yang sebenarnya. 
  3. Otoritasi tidak memadai. 
  4. Web interface tidak cukup aman dan proteksi software kurang mencukupi. 
  5. Membutuhkan kapasitas penyimpanan data yang besar.
Permasalahaan yang muncul :
Menururt anda, hambatan terbesar apa yang nantinya akan muncul di era IoT jika di terapkan di Indonesia? dan Bagaimana solusi untuk mengatasinya ? 

14 komentar:

  1. saya akan mencoba menjawab pertanyaan rahmah, hambatan terbesar apa yang nantinya akan muncul di era IoT jika di terapkan di Indonesia? dan Bagaimana solusi untuk mengatasinya ?

    menurut saya hambatan terbesar yang akan dihadapi ketika menerapkan IOT yakni sarana dan prasarana dan bagaimana sesorang siswa itu dapat mempergunakan IOTnya, seperti kita ketahui adanya IOT jika tidak digunakan secara bertanggungjawab bukannyam neghasilkan hasil positif namun bisa jadi akan menimbulkan dampak negatif lain dalam proses pembelajaran (eg,gadged-addict).
    nah, untuk mengatasi kedua masalah tsb maka, peran pemerintah pusat akan sangat penting, yakni dengan memberikan fasilitas yang memadai dalam mengakses IOT, dan dukungan penuh terhadap inovasi baru IOT didalam proses belajar maka akan mengoptimalkan pencapaian hasil yang diharapkan. sedangkan untuk permasalahan kedua, solusi yang bisa kita lakukan yakni dengan menciptakan inovasi filter terhadap hall yang tidak berkaitan dengan materi yang memiliki konten negatif, selain itu juga bisa dengan menciptakan aplikasi interaktif live layaknya skype yang bisa secara langsung berinteraksi dengan siswa, terkahir juga bisa dengan memberikan tugas yang butuh hots dalam menjawabnya sehingga siswa bisa bernalar sendiri menurut persepsinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat dengan kk rini, hambatan terbesar apa yang nantinya akan muncul di era IoT jika di terapkan di Indonesia? dan Bagaimana solusi untuk mengatasinya ?
      Menurut saya hambatan terbesar nya adalah sarana dan prasarana, dimana dalam proses belajar sangat dibutuhkan sarana maupun prasarana, apabila ada orang lain yang menyalahgunakan (tidak bertanggung jawab) akan menimbulkan dampak yang sangat negatif.

      Solusi untuk mengatasinya adalah adanya inovasi filter terhadap hal yang berdampak negatif tadi dan adanya peran pemerintah dalam memberikan fasilitas.

      Hapus
  2. Saya setuju dengan kak rini, dimana kendala IoT jika diterapkan di Indonesia adalah sarana dan prasarana yang kurang memeadai untuk mendukung penerapan IoT ini. Solusinya adalah Pemerintah sebaiknya menyediakan dulu sarana dan prasarananya dan selanjutnya IoT baru diterapkan.
    Dan masalah peretasan juga menjadi kendala terbesar maka dari itu sebaiknya segala aplikasi yang berbasis IoT didaftarkan secara resmi agar terjamin keamannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat kakak kakak dan teman-teman sekalian bahwa peretasan pasti akan muncul dan menjadi suatu hambatan

      Hapus
  3. saya setuju dengan kak rini dan fanny. menurut saya sebelum IoT ini diterapkan, kita harus me manage terlebih dahulu IoT itu sendiri. karna IoT ini berpotensi menimbulkan masalah besar, terutama dalam hal pembajakan, meskipun manfaat nya juga sangat banyak. Berdasarkan pidato pimpinan Federal Trade Comission (FTC) Edith Ramirez memaparkan tiga hal yang menjadi risiko IoT dan dapat menurunkan kepercayaan masyarakat atas penerapan konsep tersebut.
    Pertama, tersebarnya informasi seperti data personal, kebiasaan, lokasi, dan kondisi fisik, pada perangkat-perangkat pintar di rumah, mobil, dan bahkan tubuh pengguna.
    Menurut Ramirez, hal ini memungkinkan orang lain dengan mudah mengakses data pribadi pengguna dan membuat analisis dari data tersebut.
    Kedua, penggunaan yang tidak diharapkan dari data pengguna. Pertanyaannya, apakah data personal digunakan hanya untuk melayani pengguna atau dapat pula digunakan oleh perusahaan perangkat untuk mengklasifikasikan segmen pasar penggunanya?
    Yang terakhir adalah risiko keamanan. Ramirez mengingatkan bahwa semua perangkat yang terhubung melalui internet berisiko dibajak. Hal ini harus benar-benar dipikirkan oleh para pengembang IoT.
    Nah, kalau IoT ini diterapkan di Jambi misalnya, pemerintah harus mau bekerja sama dengan developer antivirus agar IoT ini dapat terproteksi dari peretasan/hacking. dan juga pemerintah harus mempertimbangkan pemerataan sumber daya listrik dimana listrik ini merupakan komponen utama yang harus ada untuk mengakses IoT.

    BalasHapus
  4. Saya juga setuju dengan pendapat teman-teman sebelumnya tentang sarana dan prasarana yang akan menjadi hambatan, karena diindonesia kekurangan sarana dan prasarana ini disebabkan oleh kurangnya dana. jadi hambatan yang dihadapi juga termasuk dana, jika ada dana pasti banyak guru/desainer yang ingin mengembangkan inovasi mereka.

    BalasHapus
  5. menaggapi permasalahan kak rahma menurut saya selain dari sarana dan prasarana hambatan yang terbesar yang akan muncul di era IoT jika di terapkan di Indonesia yaitu mindset yang belum siap dari pengguna-pengguna IoT tersebut. dengan kemajuan teknologi ini perlu adanya kesiapan guru dan siswa dalam menghadapinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar sekali, bahwa bukan hanya sarana dan prasarana yang merupakan hambatan terbesar yang akan muncul di era IoT jika di terapkan di Indonesia. Ketidaksiapan mindset dari para pengguna dan sikap yang tidak bijak dari pengguna IoT juga dapat menjadi permasalahan

      Hapus
  6. Saya sependapat dengan teman2 bahwa pasti ada hambatan atau ancaman yg akan terjadi terutama di indonesia. Walau kendala infrastruktur, maintenance, security dan training untuk SDM-nya tetap ada, apalagi di Indonesia. IoT akan menjadi bagian hidup, dan pendidikan, di masa depan. Sebuah hal yang mungkin tidak bisa dihindari saat generasi milenial akan lebih "akrab" dengan teknologi. Pendidik yang terlalu konservatif dan kuno bisa jadi akan tetap ada. Namun akan lebih sulit mengenali teknologi yang ada untuk mendukung pengajaran.

    BalasHapus
  7. kendala penerapan IT di bidang pendidikan adalah alasan klise yang memang nyata, yaitu terlalu luasnya Indonesia, sehingga penerapannya IT belum merata. Masih banyak sarana- sarana di sekolah yang belum memadai untuk penerapan IT. Bagaimana mungkin sebuah sekolah akan menerapkan pembelajaran dengan media IT, jika masalah penyediaan komputer saja masih belum dapat diatasi
    Keterbatasan biaya dan tenaga operasional juga menjadi kendala. Untuk bisa memanfaatkan IT tentu perlu adanya tenaga khusus yang mengelola media tersebut, karena tidak setiap guru mampu mengoperasikan media IT. Untuk sekolah yang mempunyai kemampuan baik tenaga maupun biaya tentu tidak akan menjadi masalah, namun bagi sekolah yang miskin dan tenaga gurunya pas-pasan, kondisi ini merupakan masalah baru yang sulit diatasi.

    Selanjutnya, mungkin saja kepala sekolah dan guru kurang menyadari pentingnya media pendidikan. Ditambah lagi dengan anggapan sebagian stakeholder bahwa pemanfaatan media pendidikan bagi sekolah terkesan mahal. Biasanya, beban orang tua siswa pun menjadi lebih berat. Sebab untuk memenuhi kebutuhan akan media IT tersebut, salah satu sumber dana sekolah adalah dengan membebankan kepada orang tua siswa.
    Kendala selanjutnya adalah persepsi yang salah terhadap media pembelajaran. Alasan yang sering didengar, mengapa guru enggan memanfaatkan media pembelajaran karena dengan memanfaatkan media tersebut jam pelajaran siswa menjadi terganggu. Kondisinya memang cukup memperihatinkan. Artinya persepsi guru terhadap media pembelajaran masih salah. Padahal seharusnya justru dengan bantuan media IT, materi yang disampaikan lebih jelas dan konpreherensif karena pemahaman siswa diharapkan hampir sama. Akibatnya guru juga merasa terbebani, karena dituntut harus lebih kreatif dan memiliki persiapan pengajaran yang lebih matang. ada waktunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. solusinya antara lain, perlu disadari dan dipahami betul bahwa pemerintah punya peran yang sangat penting dalam peningkatan penggunaan teknologi informasi dan komputer untuk kemajuan bangsa Indonesia. Dibutuhkan komitmen dan kesungguhan dari pemerintah untuk menerapakan IT dalam bidang pendidikan. Lembaga pemerintah seperti Pustekkom, yang mengemban misi untuk berperan serta aktif dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan nasional dan pengembangan sumber daya manusia melalui pengembangan dan pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi, harus lebih dioptimalkan lagi kinerjanya.

      Kemudian , perlu diadakan penyuluhan-penyuluhan dan pencerdasan kepada masyarakat tentang manfaat penerapan IT terutama di dalam bidang pendidikan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia dalam pemanfaatan teknologi informasi. Guru-guru di sekolah hendaknya juga diberikan pelatihan agar dapat mengelola media pendidikan dengan IT, dengan demikian tidak diperlukan lagi tenaga khusus untuk pemeliharaaan media IT dan biaya yang dikeluarkan pihak sekolah pun akan berkurang.

      Penting untuk kepala sekolah dan guru untuk menyadari manfaat dari penggunaan media IT dalam pendidikan. Anggapan bahwa pemanfaatan media pendidikan bagi sekolah terkesan mahal harus dihilangkan. Guru –guru pun juga harus dilatih dan terbiasa untuk lebih kreatif dalam memberikan bahan pembelajaran. Untuk kontinuitas apresiasi masyarakat terhadap teknologi informasi, Departemen Pendidikan Nasional harus menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komputer sejak dini sehingga usia produktif dapat betul-betul memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa Indonesia secara menyeluruh.

      Untuk masalah infrastruktur yang belum merata di seluruh daerah, tentu sebagian besar merupakan tanggung jawab pemerintah. Namun untuk daerah-daerah yang sulit terjangkau oleh teknologi informasi, perlu diterapkan penggunaan alat-alat teknologi alternatif yang pada saat ini telah banyak ditemukan. Sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar, agar dapat merasakan manfaat dan kemudahan yang diberikan oleh teknologi informasi.

      Hapus
  8. Menurut saya hambatan terbesar apa yang nantinya akan muncul di era IoT jika di terapkan di Indonesia adalah sulitnya dana menyesuaikan dengan keadaan antara kota dan pedesaan, karena pendidikan dan penerapannya harus merata tidak bisa pilih kasih, sarana dan prasana di Indonesia belum siap dan belum merata

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya hambatan terbesar yang akan dihadapi ketika menerapkan IOT yakni sarana dan prasarana dan bagaimana sesorang siswa itu dapat mempergunakan IOT. saya khawatir dari sisi psikologis peserta didik blm siap untuk menerima ini semua

      Hapus
  9. saya sependapat dengan Rifani tentang "Menururt anda, hambatan terbesar apa yang nantinya akan muncul di era IoT jika di terapkan di Indonesia? dan Bagaimana solusi untuk mengatasinya ?" menurut Rifani "kendala IoT jika diterapkan di Indonesia adalah sarana dan prasarana yang kurang memeadai untuk mendukung penerapan IoT ini. Solusinya adalah Pemerintah sebaiknya menyediakan dulu sarana dan prasarananya dan selanjutnya IoT baru diterapkan.
    Dan masalah peretasan juga menjadi kendala terbesar maka dari itu sebaiknya segala aplikasi yang berbasis IoT didaftarkan secara resmi agar terjamin keamannya",
    dan setelah dilakukan pemerataan fasilitas harus diberikan pembekalan perawatan dan penggunaan dengan baik.

    BalasHapus