Jumat, 08 Maret 2019

PENYUSUNAN RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR PADA PEMBELAJARAN KIMIA


Penilaian Afektif
Penilaian afektif berarti berkenaan dengan menilai sikap dan perubahan yang terjadi pada tingkah laku peserta didik selama pembelajaran. Sikap berhubungan dengan tindakan seseorang dalam merespon objek. Berarti objek yang direspon peserta didik itu adalah materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. Tindakan seseorang atau respon tersebut dapat dibentuk, sehingga nantinya akan terjadi perilaku yang diinginkan. Terutama setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik diharapkan memiliki perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Sudjana (2009:30) para ahli berpendapat bahwa apabila seseorang tingkat kognitifnya sudah pada tingkat tinggi, maka sikap seseorang tersebut diramalka dapat berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik seperti, perhatian siswa terhadap pembelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman-teman se kelasnya, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Jadi, ada kecerendungan antara penilaian kognitif dengan afektif saling berkaitan. Misalnya, dalam menilai ranah kognitif peserta didik harus menguasai materi kontroversional, guru dapat pula menilai peserta didik dalam ranah afektif dengan cara menilai peserta didik yang aktif bertanya dan berani mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, hasil belajar afektif peserta didik tampak dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pembelajaran, sopan santun, disiplin, motivasi belajar, dan mengahargai guru dan teman satu kelasnya.
Hasil belajar afektif berkaitan dengan minat, sikap, dan nilai-nilai sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta didik. Menurut Krathwohl dalam Sukiman (2012:67-69) hasil belajar afektif terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu receiving, responding, valuing, organization, dan characterization by a value or value complex. Receiving merupakan kemauan dan kepekaan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau objek dalam pembelajaran. Responding atau menanggapi yaitu adanya partisipasi aktif untuk memberikan rekasi dari materi yang diberikan oleh guru. Valuing artinya memberikan nilai terhadap suatu objek, sehingga adanya tindakan yang dilaksanakan setelah pembelajaran. Organization artinya membandingkan nilai-nilai dari materi pembelajaran yang kemudian akan menghubungkannya dan mampu menyelesaikan suatu konflik.Characterization by a value or value complex yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh peserta didik, yang memengaruh pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Menurut Sudjana (2009:31) tipe hasil belajar afektif dapat dilihat dan diniliai saat waktu proses pembelajaran dan setelah pembelajaran selesai dilakukan. Saat waktu pembelajaran sikap peserta didik dapat dilihat dalam hal kemauan untuk menerima materi dari guru, perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran, keinginan mendengarkan dan mencatat materi, menghargai guru dan teman satu kelas, dan keaktifan peserta didik dalam bertanya. Sementara itu, sikap yang dapat dilihat setelah selesai pembelajaran pada peserta didik diantaranya, kemauan mempelajari materi lanjut, kemauan mempraktikan nilai yang terkandung dalam materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan adanya rasa senang terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
Untuk penialaian sikap atau afektif bisa menggunakan teknik non-tes. Menurut Kochhar (2008:56-63) untuk menialai sikap atau afektif bisa menggunakan teknik non-tes. Menurut Arifin (2012 : 180) teknik non-tes ini bisa dilakukan dengan beberapa kegiatan diantaranya yaitu observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala penilaian, angket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori kepribadian, dan teknik pemberian penghargaan kepada peserta.
Observasi merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan oleh guru baik langsung atau tidak langsung dengan mengacu pada pedoman observasi untuk menilai perilaku kelas baik dari segi guru maupun peserta didik yang akan didapatkan sebuah data atau informasi dari suatu fenomena kelas.
1.   Wawancara adalah kegiatan percakapan tanya jawab yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik, yang dilakukan secara langsung (bertatap muka) atau tidak langsung (melalui perantara).
2.      Skala sikap adalah teknik penilaian dengan memberikan pertanyaan- pertanyan positif dan negatif yang akan dipilih oleh peserta didik. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dalam lima skala, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, tidak tahu. Pertanyaan tersebut mengenai sikap peserta didik terhadap pembelajaran atau lingkungan sekolah.
3.     Daftar cek merupakan suatu daftar yang digunakan oleh guru untuk mencatat dan memberi tanda tiap kejadian-kejadian yang terjadi di diri peserta didik baik kejadian kecil maupun besar dalam segala aspek, teknik seperti ini membantu guru dalam mengingat apa saja yang harus dinilai oleh guru.
4.  Skala penilaian merupakan daftar cek akan dikembangan dalam bagian yang lebih luas dan terperinci yang disusun secara tingkatan yang telah ditentukan.
5.     Angket yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berisi pendapat, paham dari peserta didik yang dilaksanakan secara tertulis yang dipengaruhi oleh pemikiran diri sendiri.
6.    Studi kasus adalah kegiatan untuk memahami sebuah masalah yang dialami peserta didik dengan mencari informasi terkait dengan masalah tersebut yang natinya kemudian akan disimpulkan dan dicari penyelesaiannya, hal yang bisa dipahami dalam masalah-maslaah peserta didik misalnya dalam masalah lamban dalam memahami materi.
7.     Catatan insedental yaitu cacatan yang berisi tentang kejadian singkat yang dialami atau yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran, kejadian tersebut biasanya tingkah laku peserta didik.
8. Sosiometri adalah suatu prosedur yang digunakan untuk merangkum, menyusun dan mengkualifikasikan pendapat-pendapat peserta didik dalam menanggapi teman sebaya mereka bagaimana hubungan mereka dengan para teman-temannya.
9.   Inventori kepribadian merupakan tes kepribadian yang jawaban dari peserta didik tersebut benar semua, namun jawaban tersebut tetap akan dikualifikasikan sehingga dapat dibandingkan dengan kelompok lain.
Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik bertujuan untuk memberikan semangat, motivasi dan meningkatkan perhatian peserta didik dalam pembelajaran, serta memodifikasi tingkah laku peserta didik dari yang kurang positif menjadi lebih produktif lagi dengan adanya hadiah kepada peserta didik yang terbaik.
Sementara itu, menurut Fadillah (211-212) dalam Kurikulum 2013 penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan berkelanjutan baik dilakukan langsung maupun tidak langsung. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri dalam hal kekurangan dan kelebihannya dalam konteks pecapaian kompetensi. Penilaian antar teman hampir sama dengan penilaian diri akan tetapi penilaian ini dilakukan oleh antar peserta didik menilai peserta didik lain, sedangkan jurnal merupakan catatan dari guru mengenai kejadian atau tingkah laku peserta didik.
Selain itu, menurut Suwandi (2010:114) teknik penilaian diri adalah teknik penilaian dengan cara peserta didik diminta untuk menilaia dirinya sendiri yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, tingkat pecapaian kompetensi dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur 3 ranah kompetensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah afektif dalam pelaksanaannya guru dapat memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat tulisan berkaitan dengan refleksi dirinya selama mengikuti pembelajaran. Kemudian refleksi dirinya akan dinilai sendiri berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan oleh guru. Banyak keuntungan dari penilaian diri ini, salah satunya yaitu peserta didik mengetahui kelemahan dan kekuatannya dalam pembelajaran, sehingga ia akan terus meningkatkan potensi yang ia punya agar dalam proses pembelajaran bisa lebih baik.
Pelaksanaan penilaian diri biasanya dilakukan beberapa kali, hal ini dikarenakan hasil penilaian diri awal atau yang baru tidak dapat langsung dipercaya. Menurut Suwandi (2010:142) terdapat dua kemungkinan data hasil penilaian diri tidak dapat langsung dipercaya, pertama karena peserta didik belum terbiasa sehingga akan banyak melakukan kesalahan dalam melakukan penilaian. Kedua karena penilaian ini dilakukan sendiri oleh peserta didik, maka sifat subjektifitas itu kemungkinan terjadi. Demi mendapatkan nilai yang bagus maka peserta didik kemungkinan akan menilai dirinya tidak sesuai dengan kenyataan dalam dirinya, bisa dikatakan untuk mengejar nilai baik. Oleh karena itu, guru sebaiknya tidak hanya sekali melakukan penilaian diri. Apabila hasil penilaian pertama sudah didapat, maka guru harus menelaah dan mengkoreksi lagi hasil penilaian peserta didik. Jika peserta didik masih menunjukan kesalahan, maka guru mengembalikannya kepada peserta didik dan dilakukan penilaian diri untuk yang kedua kalinya, begitu seterusnya sampai hasilnya maksimal.
Pengolahan Hasil Penilaian Afektif
Menurut Sudjana (2009:106) skor hasil pengukuran disebut dengan skor mentah, agar skor mentah ini menjadi nilai yang lebih bermakna dan dapat dijadikan untuk menentukan prestasi dan kemampuan peserta didik, maka harus diolah menjadi skor masak. Proses pengubahan skor mentah menjadi skor masak inilah yang dinamakan pengolahan data. Setelah semua data penilaian terkumpul, maka langkah selanjutnya yaitu pengolahan data.Karena penialian afektif biasanya dihasilkan dari penilaian non tes, maka hasil dari penilaian afektif adalah dalam bentuk data kualitatif, yang kemudian akan dideskripsikan sebagai penjelasan nilai afektif. Menurut Suwandi (2010:135-136) data hasil penilaian afektif didapat dari pengamatan guru yang dilengkapi dengan catatan-catatan guru dan pertanyaan langsung. Catatan dari guru ini berkaitan dengan kejadian- kejadian di dalam kelas, baik yang positif maupun yang negatif. Kejadian- kejadian yang diambil adalah kejadian yang menonjol pada peserta didik, oleh karena itu biasanya peserta didik yang pintar dan berperilaku tidak baik di kelas akan mudah dikenali karena mendapat perhatian dari guru. Dari catatan itu guru dapat menggolongkan peserta didik masuk dalam kategori yang sudah guru buat. Kemudian guru dapat berkonsultasi dengan guru Bimbingan Konseling untuk berdiskusi tentang peserta didik dan mencocokan hasil penilaian afektif dari kedua belah pihak.
Ada beberapa cara dalam mengolah data dari nilai non tes, Sudjana (2009:128) mengemukakan cara mengola data dari hasil wawancara, kuesioner, observasi, skala.
1.   Pengolahan data hasil wawancara dan kuesioner
Data hasil wawancara dan kuesioner biasanya dicari frekuensinya dalam setiap jawaban. Frekuensi terbanyak cenderung mendekati  jawaban yang sebenarnya. Sebaliknya, frekuensi yang paling rendah cenderung merupakan jawaban yang tidak mendekati dengan kenyataan objek yang dinilai. Dari hasil wawancara dan kuesioner ini guru dituntut untuk benar-benar teliti, dan mampu membandingkan jawaban dari peserta didik dengan hasil penilaian lain misalnya observasi. Nantinya hasil dari pengolahan data bisa maksimal dan mendapatkan jawaban yang benar dan mendekati kenyataan dalam situasi pembelajaran.
2.   Pengolahan data hasil obeservasi
Hasil observasi bersifat subjektif, karena hasilnya sesuai dengan pengamatan yang dilakukan seorang individu. Data hasil observasi bergantung pada pedoman observasi tersebut, terutama dalam mencatat dan mendokumentasikan setiap objek pengamatan. Bentuk dari hasil observasi adalah pernyataan-pernyataan yang dilihat si pengamat. Pengolahan pernyataan-pernyataan tersebut agar menjadi nilai afektif yang masak, caranya dengan menganalisis dan menginterpretasikan hasil amatan tersebut. Selain menggunakan cara tersebut, dapat pula menggunakan pengamatan yang sudah diberi skor atau skala nilai. Pada setiap aspek yang akan dinilai sudah tersedia kolom skor yang nantinya akan diisi oleh pengamat, misalnya nilaianya A, B, C, dan D, atau dapat pula menggunakan angka yaitu 4, 3, 2, dan 1. Dari skor yang sudah diisi oleh guru atau pengamat, maka akan dijumlahkan dan dicari rata-ratanya, yang kemudain dapat dikonveksikan kedalam standar ratusan atau puluhan.
3.   Pengolahan data hasil skala penilaian dan skala sikap
Pengolahan data baik dari skala penilaian dan skala sikap tak jauh beda dengan pengolahan data hasil observasi yang menggunakan skor atau nilai. Caranya yaitu dengan menentukan skor dari seluruh butir soal, kemudian akan dirata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan jumlah pertanyaan, yang terakhir meninterpertasikan jawaban yang baik dan jawaban yang tidak baik. Misalnya peserta didik sangat bagus dalam menanggapai materi, tetapi kurang dalam mengahargai pendapat peserta didik lainnya.
Menurut Arikunto (2007:180-181) ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap peserta didik yaitu.
1.    Skala Likert, dalam skala ini dibentuk dengan pernyataan yang ditunjukan dengan lima tingkatan respons yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak berpendapat (TB), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS),
2.    Skala pilihan ganda, berisi soal yang berbentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat,
3.     Skala Thurstone, skala bentuk ini hampir mirip dengan skala Likert tetapi isinya berupa instrumen yang jawabannya menunjukan tingkatan,
4.     Skala Guttman, berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing- masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan, sehingga bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1, selanjutnya jika responden setuju dengan pernyataan nomor 3 berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2,
5.    Semantic differential, terdapat tiga dimensi yang akan diukur dalam kategori baik-tidak baik, kuat-lemah, dan cepat-lambat atau aktif-pasif,
Pengukuran minat, dalam penggolongan kategori yang diukur hampir sama dengan jenis skala Likert. Menurut Arifin (2012:233) selain dengan menggunakan huruf atau kata- kata, dalam menggolongkan hasil penilaian sikap, dapat pula menggunkan angka. Skala ditulis dengan menggunakan angka, untuk urutan pernyataan positif ke negatif yaitu 5, 4, 3, 2, dan 1, sedangakan untuk pernyataan negatif ke positif menggunkan urutan 1, 2, 3, 4 dan 5. Skala ini ditentukan dari hasil penilaia afektif yang datanya berbentuk angka-angka, yang kemudian akan dirata-rata dan dikonveksikan menjadi beberapa standar salah satunya dapat menggunakan standar 4 sebagai angka tertinggi.
Penilaian Psikomotorik
Penilaian psikomotorik merupakan penilaian terhadap keterampilan dan kemampuan bertindak setiap individu. Penilaian psikomotorik berkenaan dengan keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Sudjana (2009:30-31) ada enam tingkatan keterampilan yaitu (1) gerak reflek atau gerakan yang tidak disadari, (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual, yaitu membedakan visual, auditif, motoris, dan lain- lainnya, (4) kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan, (5) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampilan yang kompleks, (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Menurut Sudjana (2009:30-32) hasil dari penilaian afektif dapat juga dijadikan sebagai penilaian psikomotorik. Penilaian afektif dan psikomotorik sebenarnya saling berhubungan, dalam kondusi tertentu dapat pula dikatakan kedua penilaian ini ada dalam kebersamaan. Hasil belajar afektif dapat dijadikan menjadi hasil belajar psikomotorik, manakala peserta didik menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung di dalam ranah afektifnya, sehingga akan kelihatan kesamaan dari kedua ranah tersebut. Contohnya, dalam penilaian hasil belajar afektif yaitu perhatian peserta didik terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, maka dalam penilaian psikomotorik yaitu mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis.
Proses Penilaian Psikomotorik
Terdapat beberapa jenis penilaian yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan nilai psikomotor dari peserta didik, diantaranya yaitu dengan mengambil nilai praktik atau kinerja, proyek, dan portofolio. Beberapa penilaian tersebut mampu menunjang penilaian psikomotorik yang dilakukan oleh guru, karena berhubungan dengan kemampuan keterampilan peserta didik dalam pembelajaran. Tentunya ketiga jenis penilaian dalam penilaian psikomotorik tersebut mempunyai teknik tersendiri untuk bisa mendapatkan sebuah nilai dari peserta didik.
Penilaian praktik lebih menekankan pada langkah- langkah kinerja, kelengkapan dan ketepatan, dan kemampuan khusus yang dipakai peserta didik. Manfaat dari penggunaan penilaian dengan menggunakan teknik tersebut untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan praktik selanjutnya.
Menurut Fadillah (2014:216) penilaian keterampilan pada Kurikulum 2013 diambil dari nilai kinerja peserta didik dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan portofolio. Tes praktik merupakan penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku berupa pembuatan suatu produk tertentu sesuai dengan tuntutan kompetensi. Oleh karena itu tes praktik dapat pula disebut tes produk. Tiga tahapan untuk menilai praktik peserta didik yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan produk, dan tahap penilaian produk.
Menurut Arifin (2012:150) tes perbuatan atau penilaian paraktik ini memiliki kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya. Kelebihan dari tes perbuatan ini yaitu teknik penilaian yang satu-satunya digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang keterampilan, dapat digunakan untuk mencocokkan pengetahuan teori dan keterampilan praktik. Pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk mencontek, guru bisa melakukan pengamatan lebih dalam terhadap pribadi peserta didik. Sementara itu, kelemahannya yaitu memakan waktu yang lama, dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar, cepat membosankan, jika sering dilakukan maka tugas tersebut akan tidak bermakna lagi.
Penilaian proyek adalah tugas yang dinilai mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan, dan hasil proyek yang sudah jadi. Hal yang perlu dipertimbangkan yaitu kemampuan pengolahan oleh peserta didik, relevansi, dan keaslian. Penilaian praktik dan proyek dapat dilakukan secara bersama, untuk mendapatkan produk yang akan dijadikan nilai proyek, maka dapat pula menilai praktik peserta didik dengan menilai proses pembuatan produk tersebut. Penilaian praktik dan proyek ini bisa dilakukan dengan berkelompok atau dengan individual. Kedua penilaian ini difokuskan pada proses dan produk yang dihasilkan dari tugas yang telah diberikan oleh guru.
Menurut Suwandi (2010:93-94) penilaian portofolio adalah sekumpulan karya-karya dari peserta didik dalam kurun waktu tertentu (satu semester, satu tahun) hingga akhir periode tersebut nantinya akan dinilai secara keseluruhan. Penelian seperti itu memungkinkan guru untuk dapat mengetahui perkembangan kemampuan pembelajaran peserta didik selama periode tertentu. Sementara itu, bagi peserta didik penilaian portofolio memberikan pengetahuan tentang kelebihan maupun kekurangan dalam pembelajaran, sehingga dari pengetahuan tersebut akan terus terjadi perbaikan yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran.
Pengimplementasian penilaian psikomotorik di kelas, dalam hal ini guru bisa melakukan penilaian berbasis kelas. Penilaian ranah psikomotorik bisa dilakukan dengan daftar cek atau skala penilaian. Daftar cek bisa digunakan ketika guru mengahadapi subjek dalam jumlah yang besar, kemudian skala penilaian bisa digunakan dalam jumlah yang sedikit atau terbatas. Unsur- unsur yang ada dalam pengimplementasian penilaian berbasis kelas yaitu, penilaian prestasi belajar, penilaian kinerja, penilaian alternatif, penilaian autentik, dan penilaian portofolio. Tujuan dari penialaian berbasis kelas ini yaitu untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik atas hasil belajar dan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas.
Menurut Sudjana (2009:182) pengukuran ranah psikomotorik biasanya akan disatukan dengan penilaian ranah kognitif. Komponen penilaian portofolio meliputi catatan guru, hasil pekerjaan peserta didik, dan data perkembangan peserta didik. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur ranah psikomotorik peserta didik dapat menggunkan matriks. Isi dari matriks menyatakan tentang perperincian aspek keterampilan yang akan diukur, ke kanan menunjukan skor yang dapat dicapai. Skor tersebut nantinya akan dijumlahkan dan dibagi jumlah variabel penilaian yang hasilnya nanti didapat dan akan dijadikan sebagai nilai psikomotorik peserta didik. Untuk ranah psikomotorik atau keterampilan dapat didapat dari hasil penilaian produk, yang dihasikan oleh peserta didik maupun kinerjanya. Untuk mengukurnya guru bisa menggunakan simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Sama dengan ranah sikap nantinya hasil yang akan didapat akan diskalakan, salah satunya bisa menggunakan skala 1 sampai 5, yaitu sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang baik (2), dan tidak baik (1).

Jenjang Pendidikan  : Sekolah Menengah Atas
Mata pelajaran         : Kimia
Kelas/ semester          : XII/ 1
Alokasi waktu           : 2 X 45 menit


A.  Standar Kompetensi     : Menjelaskan sifat-sifat koligatif larutan nonelektrolit dan elektrolit.
B.  Kompetensi Dasar         : Menjelaskan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan, dan tekanan osmosis termasuk sifat koligatif larutan.
C.  Indikator :
     I. Aspek Kognitif
    a. Proses
1.      Menganalisis penurunan titik beku suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut melalui percobaan.
    b. Produk
1.      Menghitung penurunan titik beku larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan data percobaan.
     II. Aspek Afektif
1.      Menunjukkan sikap menghargai pendapat teman lain.
2.      Mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif dan sungguh-sungguh.
     III. Aspek Psikomotor
         1. Melakukan percobaan dengan terampil.

KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF


Nama Instrumen         : Instrumen Penilaian Afektif
Jenjang/kelas               : SMA/XI
Mata Pelajaran            : Kimia

Variabel
Indikator
Deskriptor
Jumlah soal
Nomor Soal
Rubrik Penilaian Afektif
sikap terhadap mata pelajaran
Memperhatikan penjelasan guru.
1
1
sikap terhadap guru mata pelajaran,
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman.
1
7
sikap terhadap proses pembelajaran,
Mengikuti pembelajaran dengan serius.
1
2
Mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh.
1
3
Bekerjasama dalam kelompok
1
4
Mengungkapkan gagasan
1
6
sikap terhadap materi pembelajaran,
Menjelaskan kembali pembelajaran dengan konteks lain.
1
8
Menyimpulkan hasil pembelajaran.
1
9
sikap berhubungan dengan nilai yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu
Menghargai pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
1
5
 
LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF

Tujuan                                  : Lembar Penilaian Aspek Afektif digunakan oleh guru untuk mengakses (mendapatkan informasi tentang  minat dan motivasi siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Petunjuk                               : 1. Amati komponen afektif yang tampak dalam proses pembelajaran.
                                                  2. Ambil posisi tidak jauh dari kelompok/siswa yang diamati pada saat melakukan pengamatan.
                                                  3. Berilah tanda √ pada jalur yang sesuai.
No
Aspek yang dinilai
Skor
Nama Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
1.       

Memperhatikan penjelasan guru.
0


























1


























2


























2.       
Mengikuti pembelajaran dengan serius.
0


























1


























2


























3.       
Mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh.
0


























1


























2


























4.       
Bekerjasama dalam kelompok.
0


























1


























2


























5.       
Menghargai pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
0


























1


























2


























6.       

Mengungkapkan gagasan
0


























1


























2


























7.       
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman.
0


























1


























2


























8.       
Menjelaskan kembali pembelajaran dengan konteks lain.
0


























1


























2


























9.       
Menyimpulkan hasil pembelajaran.
0


























1


























2



























Jumlah



























Keterangan :  Sangat baik (2), Baik (1),  Tidak Baik (0)
                                                                                                     Jambi,  ........................ 2012
                                                                                                     Pengamat/Penilai



                                                                                                     (............................................) 
                                                                                     NIP.

Rentang Penilaian:
1. Memperhatikan penjelasan guru
·     Sangat baik (memperhatikan guru dengan serius, tidak bercanda dengan teman, dan antusias dalam pembelajaran) = 2
·     Baik (memperhatikan penjelasan guru, sesekali bercanda dengan teman) = 1
·     Tidak baik (tidak memperhatikan penjelasan guru, sering bercanda dengan teman) = 0

2. Serius dalam mengikuti pembelajaran
·     Sangat baik (antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak bercanda selama pembelajaran) = 2
·     Baik (antusias dalam mengikuti pembelajaran, sesekali bercanda dengan teman) = 1
·     Tidak baik (tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, sering bercanda dengan teman) = 0

3. Mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh
·     Sangat baik (mengikuti diskusi dalam kelompok dengan sungguh-sungguh) = 2
·     Baik (mengikuti diskusi kelompok sesekali sesekali bercanda dengan teman) = 1
·         Tidak baik (tidak mengikuti diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh) = 0

4. Kerjasama dalam diskusi
·         Sangat baik (melakukan kerjasama bersama teman kelompok diskusi) = 2
·         Baik (melakukan kerjasama bersama teman kelompok sesekali saja) = 1
·         Tidak baik (tidak melakukan kerjasama dengan teman kelompok diskusi) = 0

5. Menghargai pendapat teman lain baik melalui lisan maupun tingkah laku.
  • Sangat baik (menerima pendapat teman, mengomentari dengan tingkah laku yang sopan) = 2
  • Baik (menerima pendapat teman dengan tingkah laku yang kurang sopan)  = 1
  • Tidak baik (tidak menghargai pendapat teman dan hanya menyalahkan saja) = 0

6. Mengungkapkan gagasan apabila mempunyai ide yang lebih baik dari yang sudah ada
·         Sangat baik (dapat mengungkapkan gagasan yang baik dan sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan) = 2
·         Baik (dapat mengungkapkan gagasan yang kurang sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan) = 1
·         Tidak baik (tidak dapat mengungkapkan gagasan sedikitpun) = 0

7. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman
·         Sangat baik (menjawab Pertanyaan yang diajukan guru atau teman dengan jawaban yang sesuai dengan yang ditanyakan) = 2
·         Baik (menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau teman kurang tepat dari yang ditanyakan) = 1
·         Tidak baik (tidak menjawab pertanyaan yang diajukan guru) atau teman = 0

8. Mampu menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan konteks lain.
  • Sangat baik (dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang diajukan guru) = 2
  • Baik (dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang diajukan guru tetapi kurang terstruktur) = 1
  • Tidak baik (tidak dapat menjelaskan kembali pembelajaran yang sudah dilakukan dengan contoh lain yang diajukan guru) = 0

9. Mampu menyimpulkan hasil pembelajaran.
  • Sangat baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran kesekuruhan) = 2
  • Baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran sebagian saja) = 1
  • Tidak baik (tidak dapat menyimpulkan hasil pembelajaran) = 0

Penilaian akhir adalah :
nilai = skor yang peroleh /18 x 100


Keterangan:
A               : 81-100     Sangat Baik
B                : 61-80       Baik
C                : 41-60       Cukup
D               : ≤ 40         Kurang



KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTOR


Nama Instrumen         : Rubrik Penilaian Psikomotor
Jenjang/kelas               : SMA/XI
Mata Pelajaran            : Kimia

Variabel
Indikator
Deskriptor
Jumlah soal
Nomor Soal
Rubrik Penilaian Psikomotor
Persiapan
Preparasi
1
1
Keterampilan dalam menggunakan alat dan prosedur kerja
1
2
Pelaksanaan
Keterampilan dalam memahami prosedur kerja
2
4,5
aspek kualitas teknis produk
1
3



RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTOR

Tujuan                                  : Lembar Penilaian Aspek Psikomotor digunakan oleh guru untuk mengakses (mendapatkan informasi tentang keterampilan siswa saat praktikum berlangsung.
Petunjuk                               : 1. Amati komponen psikomotor yang tampak selama praktikum.
                                                  2. Ambil posisi tidak jauh dari kelompok/siswa yang diamati pada saat melakukan pengamatan.
                                                  3. Berilah tanda √ pada jalur yang sesuai.
No
Aspek yang dinilai
Skor
Nama Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
1.       
Menyiapkan alat dan bahan.
0


























1


























2


























2.       

Cara merangkai alat
0


























1


























2


























3.       
Keterampilan membuat campuran pendingin
0


























1


























2


























4.       

Meletakkan gelas kimia berisi larutan ke dalam campuran pendingin
0


























1


























2


























5.       
Keterampilan mengukur suhu dengan termometer
0


























1


























2


























Keterangan :  Sangat baik (2), Baik (1),  Tidak Baik (0)
                                                                                                                                            Jambi,  ........................ 2012
                                                                                                                                            Pengamat/Penilai


                                                                                                                                            (............................................)
                                                                                                                                             NIP.
Rentang Penilaian
1.  Menyiapkan alat dan bahan
  • Sangat baik (Semua alat bahan lengkap dipersiapkan dan tepat pada waktunya) = 2
  • Baik (Alat dan bahan kurang lengkap dipersiapkan  dan kurang tepat pada waktunya) = 1
  • Tidak baik (Alat dan bahan tidak lengkap dipersiapkan dan kurang tepat pada waktunya) = 0

2.  Cara merangkai alat
  • Sangat baik (dapat merangkai alat kesekuruhan) = 2
  • Baik (dapat merangkai alat sebagian saja) = 1
  • Tidak baik (tidak dapat merangkai alat) = 0

3.  Keterampilan membuat campuran pendingin
  • Sangat baik (dapat membuat campuran pendingin kesekuruhan) = 2
  • Baik (dapat membuat campuran pendingin sebagian saja) = 1
  • Tidak baik (tidak dapat membuat campuran pendingin) = 0

4.  Meletakkan gelas kimia berisi larutan ke dalam campuran pendingin
  • Sangat baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran kesekuruhan ) = 2
  • Baik (dapat menyimpulkan hasil pembelajaran sebagian saja ) = 1
  • Tidak baik (tidak dapat menyimpulkan hasil pembelajaran) = 0

5.  Keterampilan mengukur suhu dengan termometer
  • Sangat baik (dapat mengukur suhu, tanpa bertanya dengan teman/guru) = 2
  • Baik (dapat mengukur, dengan bertanya dengan teman/guru) = 1
  • Tidak baik (tidak dapat mengukur suhu) = 0

Penilaian akhir adalah :
nilai =skor yang diperoleh / 10 x 100
  





PERMASALAHAN :
Bagaimana menurut anda jika salah satu penilaian tersebut tidak ada ? apakah masih dapat melihat penilaian individu secara keseluruhan, jelaskan !
Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?

12 komentar:

  1. Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?
    artinya rubrik ini harus melalui proses validasi oleh ahli. atau jika memang instrumen berasal dari badan yang terakreditasi maka guru benar" harus objektif dalam menilai dan penilaian dilakukan pada saat itu juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat rina, bahwasanya kita harus memvalidasi dan merealibilitas instrumen yang dibuat. dan saat instrumen tersebut dari badan kependidikan maka instrumen tersebut harus dilihat realibilitasnya sebelum dipakai di sekolah

      Hapus
    2. Saya sependapat dengan teman teman. Dalam sebuah instrumen ataupun rubrik dri suatu penilaian harus melalui proses uji coba dlu. Dan harus di validasi dlu. Agar rubrik itu yakin dan benar jika digunakan sehingga akan mengurangi kesalahan agar kekeliruan itu bisa kurang.

      Hapus
  2. Bagaimana menurut anda jika salah satu penilaian tersebut tidak ada ? apakah masih dapat melihat penilaian individu secara keseluruhan, jelaskan !
    .
    Menurut saya, Jika salah satu penilaian tidak ada masih dapat melihat penilaian individu namun tidak seautentik apabila penilaian lain juga ada seperti penilaian antar teman dan penilaian sendiri. Karena penilaian lain itu gunanya untuk membandingkan apakah LO tadi benar-benar sesuai dengan penilaian yang orang lain berikan terhadap siswa yang dinilai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapat dengan rifanny. penilaaian otentik yakni samanya hasil penilaian orang lain dengan penilain diri sendiri. penilain nya taetap berjalan. namun tidak bebaik hasil yang manggunakan rubrik penilaian yang dilakukan secara keseluruhan.

      Hapus
  3. Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?

    menurut saya jika dalam penyusunan rubrik, maka diperlukan lah peranan validasi para ahli dibidang tersebut. dan jika dalam pengaplikasian rubrik yaitu dengan adanya evaluasi dan perbaikan menyesuaikan dengan kebutuhan

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapat dengan kak melda, cara meminimalisir kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik yaitu dengan validasi para ahli dan dengan evaluasi pada perbaikan perbaikan tersebut.

      Hapus
    2. Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?


      Saya sepndapat dengan kak Melda dan Rini,cara meminimalisir kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik yaitukita berpatokan dengan KI, KD, dan indikator yg kita buat sebwlumnya, setelah kita buat kita lakukan evaluasi, dengan demikin kekurangan dpat terlihat, dilanjutkan dengan validasi.

      Hapus
  4. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan rahmah yakni Bagaimana menurut anda jika salah satu penilaian tersebut tidak ada ? apakah masih dapat melihat penilaian individu secara keseluruhan.
    Menurut saya, jika hanya 1 yg dinilai maka tidak dapat menilai keseluruhan artinya 1aspek tdk dpt mewakili aspek yg lain. Karena pada hakikatnya ke tigatiganya merupakan 1 paket yg tidak terpisahkan. Jadi jika salah satu tidak ada maka penilaian it akan timpang dan belum bisa dikatakan penilaian otentik.

    BalasHapus
  5. Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?
    kita harus benar merumuskan rubrik penilaian berdasarkan indikator, setelah itu dievaluasi, dan divalidasi. kemudian di uji cobakan. jika masih ada kekurangan di revisi lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapat dengan esa bahwa cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik adalah
      kita harus benar merumuskan rubrik penilaian tersebut berdasarkan indikator,kemudian rubrik itu dievaluasi, dan selanjutnya divalidasi, lanjut dengan diujicobakan. jika masih terdapat kekurangan maka perlu direvisi lagi hingga peluang kesalahan menjadi sangat kecil

      Hapus
  6. Bagaimana cara meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penyusunan dan pengaplikasian rubrik ?
    menurut saya caranya dengan mengkaji terlebih indikator-indikator yang harus dicapai siswa, selanjutnya di lakukan juga pengkajian literatur yang mendukung, barulah dilakukan penyusunan rubrik tersebut. selanjutnya divalidasi dengan ahli untuk melihat susunan dari rubrik tersebut terkait susunan tingkat pencapaian,urutan kata dan urutan dari sistematika rubrik tersebut. selanjutnya dapat dilihat juga dari setelah penggunaaan , apakah rubrik tersebut dapat menilai siswa secara valid dan reliabel

    BalasHapus